JAKARTA - Saya rasa semua sepakat , memiliki suatu perlindungan untuk mengantisipasi hal-hal yang diharapkan tidak terjadi merupakan langkah antisipatif yang diperlukan agar seseorang dapat menjadi lebih tenang dan fokus mengejar tujuan yang dimiliki. Ibarat ban serep, kalau kita sebagai pengendara tahu adanya ban cadangan yang tersedia di bagasi mobil, sudah tentu kita dapat lebih tenang untuk melajukan kendaraan sesuai dengan kecepatan yang diinginkan.

Permasalahan yang muncul kemudian adalah ternyata banyak orang memiliki 'ban serep' yang tidak sesuai dengan 'ukuran ban' yang saat ini digunakan. Bahkan, seringkali ban yang tidak sesuai tersebut dibawa melebihi kebutuhan. Bisa ditebak, alih-alih dapat menenangkan pikiran orang yang berkendara, yang ada justru banyaknya ban yang dibawa malah membenani kendaraan sehingga mengurangi kecepatan kendaraan itu sendiri.

Tentu hal tersebut hanya sebatas analogi yang memang sangat relevan bila dikaitkan dengan kondisi masyarakat kita yang hobi memiliki banyak produk keuangan, khususnya asuransi, yang ternyata seringkali tidak sesuai dengan kebutuhan.

Itu sebabnya, pembahasan kali ini akan lebih menekankan kepada urgensi yang dihadapi oleh beragam kalangan masyarakat kita terkait kepemilikan produk asuransi yang pada akhirnya menyebabkan inefisiensi dalam mengelola keuangan.

Membicarakan kebutuhan berasuransi, saya selalu senang untuk mengembalikannya kepada prinsip dasar (back to basic). Dalam hal ini, prinsip yang paling dasar bagi setiap orang yang ingin membeli produk asuransi adalah yang disebut sebagai utmost good faith, atau niatan baik untuk berasuransi.

Apa yang dimaksud niat baik tersebut?

Bahwa orang yang membeli produk asuransi haruslah bertujuan untuk meminimalkan risiko kerugian, bukan mencari keuntungan. Jadi, apabila ada yang menawarkan dan membeli produk asuransi dengan dasar untung-rugi, hampir bisa dipastikan, mereka akan salah menjual atau membeli produk asuransi.

Perlu diketahui, semakin banyak produk asuransi yang dimiliki belum tentu berbanding lurus dengan kecukupan dari manfaat yang nantinya diharapkan dapat diterima. Jadi, beberapa kondisi berikut dapat menggambarkan bahwa bisa jadi Anda sebetulnya tidak membutuhkan produk asuransi tertentu apabila Anda berada pada beberapa keadaan di bawah ini:

Anda Masih Lajang
Seperti diketahui, pada umumnya beban yang ditanggung oleh orang yang belum menikah adalah dirinya sendiri. Dengan begitu, untuk Anda yang masih lajang, kehati-hatian dalam memilih produk asuransi akan menjadi sangat penting. Apakah berarti orang yang belum menikah tidak memerlukan asuransi sama sekali? Jawabannya tentu saja tidak begitu.

Pada dasarnya, proteksi dalam bentuk asuransi kesehatan adalah wajib dimiliki semua kalangan karena tidak pernah memandang usia dan jenis kelamin. Apapun profesi Anda dan berapapun usia Anda, dalam upaya untuk dapat merencanakan keuangan dengan baik, memiliki asuransi kesehatan sebagai back-up agar siap menghadapi segala sesuatu yang mungkin terjadi terhadap kesehatan akan menjadi sangat penting.

Tugas Anda yang masih lajang saat ini adalah melakukan pengecekan kembali terhadap polis asuransi yang dimiliki (di luar fasilitas asuransi yang didapat semisal dari kantor). Sangat mungkin Anda memiliki asuransi kesehatan, namun umumnya asuransi kesehatan yang ada merupakan riders (tambahan) dari asuransi aslinya, yaitu asuransi jiwa. Apabila seperti itu kondisinya, bisa dipastikan bahwa Anda sesungguhnya tidak memerlukan salah satu asuransinya, yaitu asuransi jiwa.

Anda Memiliki Banyak Aset Likuid
Sumber dalam berasuransi sebenarnya ada dua, yang pertama adalah perlindungan yang sumbernya berasal dari diri dan aset kita sendiri (self-insured) dan yang kedua adalah yang bersumber dari perusahaan asuransi (insurance products). Fenomena yang ada saat ini, ternyata hampir keseluruhan orang membeli asuransi untuk sebatas memiliki peace of mind (ketenangan pikiran). Padahal, sebenarnya mereka mampu untuk mebiayai segala risiko yang mungkin terjadi terhadap dirinya.

Perhitungan yang lebih detil tentang masing-masing kebutuhan berasuransi tentunya tidak dapat dijelaskan detil dalam tulisan ini. Itu kenapa, untuk menghindari hal-hal yang mubazir menimpa diri sendiri dan orang-orang di sekitar, ada baiknya agar kita dapat belajar untuk menghitung dan mencari tahu kebutuhan asuransi untuk diri kita sendiri, salah satunya dengan mengikuti workshop yang rutin diselenggarakan oleh IARFC Indonesia (www.iarfcindonesia.com)

Kesehatan Anda Ditanggung Pihak Ketiga
Banyak pertanyaan tentang kebutuhan asuransi kesehatan bagi masing-masing orang, terutama untuk para pekerja, mengingat mereka mendapatkan fasilitas asuransi dari tempat bekerja. Tentu kondisi yang berbeda antara satu dengan yang lainnya turut membuat analisa terhadap kebutuhan jenis asuransi ini menjadi cukup membingungkan.

Jika Anda mendapatkan fasilitas kesehatan dengan perlindungan full coverage (berapa yang tertagih itu yang dibayarkan–selama dalam kondisi yang ditentukan), tentu jawabannya jelas bahwa Anda sudah tentu tidak lagi memerlukan asuransi yang dibiayai secara mandiri. Namun, apabila ternyata ada limitasi atau batasan untuk melakukan klaim pengobatan ke kantor tempat bekerja, maka asumsi berikut dapat menjadi gambaran sederhana untuk menjawab butuh atau tidaknya Anda membeli asuransi kesehatan.

Yang Anda perlukan adalah mencari tahu harga rawat inap per-malam (sesuai kelas yang dikehendaki) di rumah sakit dekat tempat tinggal atau kantor Anda. Kalikan dengan bilangan '3' dan '7'. Bilangan '3' di sini diasumsikan bahwa selain biaya kamar, ada biaya dokter dan obat-obatan yang harus Anda tanggung juga.

Sedangkan angka '7' menggambarkan asumsi lama waktu Anda di rawat di rumah sakit yang biasanya tidak lebih dari satu minggu. Apabila limit dari kantor ternyata adalah sebesar itu atau bahkan lebih besar lagi, berarti saat ini Anda belum membutuhkan asuransi untuk keperluan perlindungan yang sama.

Yang terpenting dari semuanya, kepemilikan atas asuransi haruslah dikembalikan kepada asas kepentingan dalam berasuransi (insurable interest), di mana biasanya ditandai dengan adanya hubungan hukum (suami-istri, perusahaan-karyawan) dan hubungan darah (orang tua-anak). Sesuaikanlah kondisi saat ini dengan fungsi dan manfaat dari masing-masing produk asuransi yang ditawarkan kepada Anda.

Jangan ragu untuk mengevaluasi ketepatan asuransi yang telah dimiliki dengan kondisi terkini Anda kepada perencana keuangan independen yang dapat membantu untuk menghindari kemubaziran dalam berasuransi.