JAKARTA - Wanita karier rupanya lebih mudah terserang stres di tempat kerja dibandingkan karyawan pria. Bahkan, hal yang dibuktikan lewat studi ilmiah itu juga mengarah ke peningkatan risiko kecemasan dan depresi.

Angka resmi dari Health and Safety Executive (HSE) menunjukkan bahwa wanita berusia 25-54 tahun di Inggris lebih kerap terpapar stres yang berhubungan dengan pekerjaan daripada laki-laki. Utamanya, para perempuan dalam rentang usia 35-44 tahun yang sudah berkeluarga dan memiliki anak.

Psikiater di Priory’s Wellbeing Centre, Judith Mohring, menyebutkan alasan yang mencetus kecenderungan tersebut. Beberapa faktor termasuk seksisme tempat kerja, kurangnya dukungan, kesulitan menyeimbangkan pekerjaan dan kehidupan keluarga, serta tekanan konstan untuk membuktikan diri.

Mohring menyeru kepada para pengelola perusahaan untuk ikut andil dalam mengatasi stres di kalangan karyawan perempuan, yang pada akhirnya juga akan memberikan manfaat untuk perusahaan. Misalnya, dengan melakukan peningkatan fleksibilitas kerja dan lebih banyak memberikan kesempatan untuk kemajuan karier.

Memungkinkan karyawan untuk bekerja dari rumah pada saat tertentu bila diperlukan juga disebut Mohring akan membantu terciptanya keseimbangan. Peningkatan keamanan kerja pun akan membuat pekerja merasa lebih dihargai, termasuk jaminan layanan kesehatan yang baik.

Apalagi, angka-angka HSE juga menunjukkan bahwa stres yang berhubungan dengan pekerjaan, depresi, dan kecemasan menyumbang sekitar 45 persen dari hari-hari sakit pada 2015-2016. Jadi, jika tempat kerja menginginkan performa terbaik dari karyawan mereka, penanggulangan stres agaknya perlu menjadi prioritas utama di tahun 2017.