JAKARTA - Menjelang libur Tahun Baru 2017, hotel dan persewaan mobil di Kota Yogyakarta dipenuhi pengunjung. Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia Istijab Danunagoro mengatakan hotel kelas berbintang di pusat Kota Yogyakarta, di antaranya di kawasan Malioboro, penuh tamu untuk merayakan libur Tahun Baru 2017. Kamar-kamar di hotel itu telah dipesan pengunjung sejak 20 Desember 2016 hingga 3 Januari 2017.

"Tamu menyerbu hotel pada menjelang libur Natal hingga tahun baru. Hotel di ring satu full," kata Istijab, Jumat, 30 Desember 2016.

Selain hotel, menurut Istijab, pengunjung dari luar Yogyakarta juga banyak yang memesan resort di kawasan wisata Kaliurang dan Parangtritis untuk menghabiskan malam tahun baru.

Data PHRI menunjukkan saat ini terdapat 68 hotel berbintang dan 1.010 hotel tidak berbintang. Jumlah total kamar hotel berbintang dan tidak berbintang di Yogyakarta 20.500 kamar. Saat ini sudah masuk 110 izin pembangunan hotel, 70 di antaranya sudah memperoleh izin.

Sudianto, Ketua Association of the Indonesian Tours & Travel Agencies (Asita) Daerah Istimewa Yogyakarta, mengatakan menjelang libur Tahun Baru 2017, persewaan mobil penuh. Wisatawan mulai memesan mobil sejak 29 Desember 2016.

Para pengusaha persewaan rental yang berhimpun di ASITA kewalahan karena mereka kehabisan mobil yang dipesan para turis lokal. "Tahun ini lebih ramai. Mobil-mobil di garasi sudah dipesan semua," kata Sudianto.

Sudianto memperkirakan jumlah wisatawan yang berkunjung pada libur tahun baru kali ini lebih banyak ketimbang tahun sebelumnya karena bersamaan dengan libur sekolah.

Pengunjung datang dari banyak daerah itu menyewa mobil beserta paket tur wisata. Mereka kebanyakan rombongan yang hendak mengisi waktu libur tahun baru dengan berwisata ke sejumlah obyek wisata. Tempat wisata paling favorit adalah pantai di Gunung Kidul.

Sudianto meminta semua anggota yang berhimpun di ASITA untuk tidak menaikkan tarif sewa mobil. Di Yogyakarta terdapat 123 anggota ASITA. Rata-rata harga sewa mobil per hari Rp 700 ribu. Harga itu memuat ongkos sopir dan bahan bakar minyak. Sedangkan untuk paket tur wisata harganya bervariasi, tergantung hotel tempat menginap turis.

Sudianto juga meminta pelaku wisata untuk tidak beramai-ramai manfaatkan momentum libur tahun baru untuk menarik tarif gila-gilaan atau mahal supaya wisatawan tidak kapok untuk berkunjung ke Yogyakarta. Bila pelaku wisata membabi buta memberlakukan harga yang tinggi, maka wisatawan akan memberikan cap buruk atau negarif yang merugikan Yogyakarta. Misalnya tarif parkir di obyek wisata.

"Kami berharap pemerintah aktif untuk mengontrol agar pelaku wisata tidak seenaknya memberlakukan tarif yang mahal selama libur tahun baru," kata dia.