BANDUNG - Ingin menikmati sensasi makan ala tentara? Datang saja ke Dapur Bomb di kawasan Jalan Cihampelas Bandung. Di tempat makan yang berdekatan dengan pusat perbelanjaan di Bandung ini, pengunjung serasa berada di wilayah militer barak tentara dalam film peperangan. Begitu masuk, pengunjung akan disambut  pramusaji berperawakan tinggi dan tegap menggunakan setelan ABRI (Angkatan Bersenjata Republik Indonesia). Mulai dari rompi anti peluru, kaos berwarna hijau Army, celana PDL loreng, sepatu boot di atas mata kaki, hingga aksesori seperti kantong senjata yang melingkar di kiri dan kanan pinggang. Meski berdandan serdadu perang, tapi pelayanan para 'pasukan' ini tetap ramah dan murah senyum.

Suasana barak tentara kian terasa ketika memasuki ruangan berbentuk persegi panjang yang berkapasitas sekitar 40 orang itu. Kursi dan meja panjang terbuat dari kayu berderet mengisi ruangan. Di atas meja terdapat kotak penyimpanan peluru yang dijadikan wadah tisu. Peta dunia ditempel di dinding bersanding dengan dengan foto menu makanan. Kemudian, di pojokan ruangan berdiri box peluru terbuat dari besi setinggi sekitar 100-150 meter.

"Ide ini berawal dari cita-cita saya menjadi tentara yang tidak kesampaian. Kebetulan suka kuliner, akhirnya saya coba aplikasikan jadi konsep tempat makan saja," kata Zaky Bangun, pemilik dan pengelola Dapur Bomb pada Tempo beberapa waktu lalu.

Demi mendapatkan suasana yang nyata seperti wilayah militer, semua interiornya berasal dari peralatan tentara asli yang sudah tidak terpakai lagi. "Kami mencari pernak-pernik militer asli dari kolektor, kemudian memanfaatkannya menjadi pelengkap peralatan makan dan yang lainnya," ujar dia.


Wastafelnya juga terbuat dari lemari besi bekas tempat penyimpanan senjata dan bahan peledak. Bekas granat, helm, dan tempat minum ala tentara pun menghiasi meja kasir yang dijaga oleh seorang tentara perempuan. Bukan hanya itu, para pengunjung juga bisa melihat aksi para Komandan Dapur, sebutan untuk chef DapurBomb, ketika tengah menunjukkan strategi memasak. Konsep dapur terbuka yang dibatasi oleh kaca transparan tersebut menarik antusias pengunjung karena para staf dapurnya memasak dengan mengenakan setelan ala ABRI dan teroris.

"Konsep dapurnya kreatif. Walaupun ahli masaknya pakai atribut lengkap seperti mau perang, saya tidak merasa terganggu. Lucu," ujar Anne Rufaidah, salah seorang konsumen yang memesan menu andalan, Oseng Bomb dan Avocado Bomb.

Penamaan menu makanan yang disajikan juga sesuai dengan tema yang diusung, seperti : Oseng Bomb, Nasi Goreng Bomb, Tahu Bomb, Tahu Tower, Asam Iga Klandestin, Ayam Tempur Kuning, Bebek Teror dan Bakmi Ranjau. BOMB yang dimaksud dalam penamaan menu tersebut merupakan kepanjangan dari Bukan Oseng Mercon Biasa. Khusus menu nasi goreng disediakan tingkatan level kepedasan, mulai dari kopral (pedas), sersan (lebih pedas) hingga kapten (super pedas).

Nugraha Laksana, Office Manager Dapur Bomb menjelaskan istilah militer dalam menu makanan, salah satunya Asam Iga Klandestein. "Maksudnya itu bahan utama Iga yang diracik dengan strategi masak yang khusus, layaknya strategi tempur dalam peperangan," tambahnya. Sementara untuk minuman, yang menjadi jagoan tempurnya: Avocado Bomb, Fire in The Hole, Lychee Tropper, Alasca Ice Tea, Thai Tea, serta minuman segar dan panas lainnya.