JAKARTA - Setelah diterjang banjir bandang Rabu, Bima, Nusa Tenggara Barat, kembali dihantam banjir besar, Jumat (23/12). Akibatnya, sebanyak 104.379 warga terpaksa mengungsi.

Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho mengatakan, akibat banjir itu, ribuan rumah terendam hingga ketinggian 1-3 meter, serta akses komunikasi dan pasokan listrik mati di Kota Bima.

Selain itu, akses transportasi terputus, aktivitas ekonomi lumpuh, serta perkantoran dan sekolah diliburkan. “Masyarakat yang awalnya sudah kembali ke rumah dari pengungsian, kembali mengungsi karena adanya banjir susulan pada Jumat siang,” kata Sutopo dalam keterangan tertulisnya, Sabtu (24/12).

Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Nusa Tenggara Barat Muhammad Rum mengatakan banjir di Bima mengakibatkan 105.758 jiwa terdampak. Mereka berada di 33 kelurahan dari lima kecamatan.

Rum mencatat wilayah terdampak meliputi Kecamatan Rasanae Timur dengan empat kelurahan, Mpuda dengan sembilan kelurahan, Raba dengan sepuluh kelurahan, Rasanae Barat dengan enam kelurahan, dan Asakota dengan empat kelurahan. 

Wilayah Rasanae Timur memiliki penduduk terdampak sebanyak 3.581 yang menjadi pengungsi. Di Mpuda, dari 30.078 penduduk yang terdampak, sebanyak 29.553 mengungsi. Untuk wilayah Raba, ada 19.705 yang mengungsi dari total penduduk terdampak sebanyak 19.955. Sedangkan di Rasanae Barat, dari total penduduk terdampak sebanyak 33.492, terdapat 32.892 orang mengungsi. Sedangkan di Asakota, ada 18.648 penduduk terdampak yang mengungsi. 

Rum mengatakan saat ini sebagian banjir telah surut serta menyisakan genangan dan lumpur. Sebagian besar pengungsi telah pulang, tapi perkantoran dan sekolah masih diliburkan. “Listrik masih padam dan jaringan komunikasi juga belum pulih,” ujarnya. 

Menurut Rum, sejauh ini tidak ada laporan korban jiwa meninggal dan hilang akibat banjir. Namun banjir menyebabkan fasilitas kesehatan rusak, meliputi empat puskesmas, 29 puskesmas pembantu, 29 pondok bersalin desa, dan satu kantor laboratorium kesehatan daerah.

Di samping itu, obat-obatan dan sarana medis ikut terendam banjir sehingga diperlukan bantuan obat-obatan dan tenaga medis. Masa darurat pun ditetapkan dari 22 Desember 2016 hingga 4 Januari 2017. 

Saat ini telah dibuka dapur umum lapangan di empat lokasi oleh TNI, BPBD, dan Tagana. Rencananya, dibuka pula dapur umum lapangan di dua lokasi oleh Palang Merah Indonesia.

BPBD Provinsi NTB telah memberikan bantuan pangan tiga truk dan satu paket obat untuk korban banjir. BPBD Kabupaten Dompu juga memberikan bantuan logistik satu truk. BPBD Kabupaten Sumbawa Barat mengirim bantuan logistik dua truk. Pemerintah Provinsi NTB memberikan bantuan Rp 4,2 miliar untuk difokuskan pada bantuan pangan dan logistik. Bantuan-bantuan itu telah didistribusikan oleh PMI, NGO, dan relawan kepada masyarakat.***