Berawal dari berdagang, warga di tapal batas Kalimantan Barat tekun menjaga keberagaman. Mereka kikis perbedaan untuk menumbuhkan persaudaraan.

Kehangatan dengan cepat hadir di rumah Ignatius (40), warga Entikong, Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat, saat kedatangan Jip (45), pedagang bahan pokok langganannya di Pasar Tebedu, Sarawak, Malaysia, Senin (12/12/2016) sore. Jabat erat tangan keduanya membuka percakapan. "Silakan masuk," ujar Ignatius, mempersilakan Jip duduk di ruang tamunya.

Seperti Desember sebelumnya, ruang tamu rumah Ignatius terlihat lebih ceria. Pohon cemara plastik setinggi 80 sentimeter terpasang di pojok rumah. Lampu dan pita membuat cemara lebih berwarna. "Wah, sudah siap menyambut Natal. Saya bawa sesuatu untuk kamu," kata Jip.

Jip kembali keluar rumah menuju mobilnya. Ia mengambil tujuh dus minuman ringan dalam kemasan senilai Rp 81.000, lantas diberikan kepada Ignatius. "Ini soft drink buat kamu sekeluarga. Ini spesial untuk Christmas (Natal)," kata Jip.

"Terima kasih banyak," kata Ignatius, saat menerima minuman ringan itu. Mukanya semringah.

Jip singgah tidak lama. Seusai menyerahkan dus minuman itu, ia segera berpamitan. Dia harus mengantarkan dus minuman ringan yang sama untuk rekan-rekannya yang merayakan Natal. "Salam untuk keluarga di rumah," kata Ignatius, mengiringi kepergian Jip meninggalkan kediamannya.

Sebelum pergi, Jip mengatakan kunjungan seperti itu biasa dilakukannya setiap tahun. Meski berbeda keyakinan, hal itu tak menyurutkan niatnya menjalin keakraban dengan rekan-rekannya. "Dari hubungan dagang, kami jadi saudara," katanya.

Bangga

Berada 260 kilometer dari Pontianak, Kalimantan Barat, warga Entikong tidak punya banyak pilihan, terpaksa melintas ke negara tetangga untuk sekadar memenuhi kebutuhan dapur. Pasar Tebedu di Sarawak, Malaysia, hanya 10 menit dari Entikong. Kontras apabila warga harus pergi ke pasar di dalam negeri yang terdekat di Sanggau. Jaraknya sekitar 135 kilometer atau setara dengan 3 jam perjalanan menggunakan kendaraan bermotor.

Harga yang lebih murah juga menjadi pilihan. Minuman ringan, misalnya, di Malaysia harga per dusnya Rp 20.000. Kalau ngotot membeli dari Pontianak atau Sanggau, harganya pun melonjak 2-4 kali lipat.

Dengan kemudahan seperti itu, Tebedu semakin vital bagi perekonomian warga Entikong. Meskipun jual-beli warga antarnegara dibatasi Perjanjian Sosial Ekonomi Malaysia Indonesia (Sosek Malindo), yang mengatur batas belanja hanya 600 ringgit Malaysia atau sekitar Rp 2 juta orang per bulan, lalu lintas perdagangan Entikong-Tebedu tak pernah sepi.

Akan tetapi, di tengah ironi kawasan itu, kisah damai itu muncul. Ignatius mengatakan, kunjungan seperti yang dilakukan Jip selalu dibalasnya. Saat Jip merayakan Tahun Baru Imlek, Ignatius datang ke Tebedu untuk mengucapkan selamat.

Camat Entikong Suparman menuturkan, perdagangan ikut membentuk hubungan batin di antara warga kedua negara. Tidak sekadar memenuhi kebutuhan ekonomi, hubungan itu ampuh meredam potensi konflik. "Kami saling membutuhkan, bukan ketergantungan," katanya lagi.

Kerja bersama

Hubungan baik juga membuat beragam kegiatan yang melibatkan warga Indonesia dan Malaysia lebih mudah dilakukan. Contohnya, setiap tahun digelar Pekan Olahraga Sosek Malindo. Warga kedua negara bertanding beragam jenis olahraga. Tiap warga pun menjadi duta persaudaraan, mewakili negaranya masing-masing.

Upaya menjaga keberagaman di perbatasan Indonesia-Malaysia juga dilakukan warga Kabupaten Kapuas Hulu, yang berjarak sekitar 600 kilometer dari perbatasan Malaysia. Marcellus (60), warga Kapuas Hulu, mengatakan, perdagangan membuat hubungannya dengan warga Muslim di Kapuas Hulu atau Malaysia tetap terjaga. Natal juga kerap dipakai untuk mempererat tali silaturahim itu.

Beberapa gereja di Kapuas Hulu rutin menggelar pertandingan olahraga dan umat dari agama lain, termasuk warga Muslim, menjadi peserta. "Meski tinggal jauh di perbatasan, kami ingin berkontribusi membanggakan negeri ini," katanya.

Pengamat sosial dari Sekolah Tinggi Pastoral Santo Ignatius Pontianak, Kristianus Atok, mengatakan, daerah perbatasan relatif tidak bermasalah. Ketegangan Indonesia dengan Malaysia yang pernah terjadi pun tak mampu merenggangkan hubungan warga kedua negara.