CARACAS - Penghapusan mata uang dengan nominal terbesar di Venezuela memicu unjuk rasa warga yang diwarnai aksi penjarahan brutal. Lebih dari 300 orang ditangkap dalam berbagai unjuk rasa dan penjarahan selama dua hari terakhir di Venezuela. Seperti dilansir Reuters, Senin (19/12/2016), Presiden Nicolas Maduro menarik peredaran mata uang dengan nominal terbesar di negaranya, yakni uang kertas pecahan 100 bolivar (Rp 133 ribu). Keputusan Presiden Maduro pada pekan lalu ini memicu kelangkaan uang tunai secara nasional di Venezuela.

Situasi semakin memburuk karena hal ini dilakukan di tengah krisis ekonomi yang tengah membayangi negara Amerika Selatan itu. Kerusuhan akibat penghapusan uang kertas 100 bolivar ini berlangsung selama dua hari terakhir, hingga menewaskan satu orang.

Puluhan toko dilaporkan dijarah warga yang marah atas putusan ini. Aksi penjarahan paling parah dilaporkan terjadi di kota El Callao dan Ciudad Bolovar. Polisi setempat terpaksa menggunakan tembakan gas air mata untuk membubarkan massa.

Dituturkan sejumlah saksi mata, bahwa toko-toko yang dikelola warga China banyak menjadi target penjarahan. Seorang remaja laki-laki berusia 14 tahun dilaporkan tewas ditembak di El Callao di tengah kerusuhan. Ratusan demonstran membakar uang kertas, mengecam Maduro dan memprotes kelangkaan makanan serta obat-obatan.

Melihat berbagai kekacauan di negaranya, Presiden Maduro akhirnya memutuskan menunda keputusan penghapusan uang kertas pecahan 100 bolivar itu hingga 2 Januari 2017. Penundaan itu membantu mengurangi aksi kekerasan di masyarakat, meskipun masih ada berbagai laporan aksi penjarahan di Ciudad Bolivar hingga Minggu (18/12) waktu setempat.

Dalam pernyataannya, Presiden Maduro menuding para pemimpin dan anggota kelompok oposisi dari Partai Popular Will dan Justice First telah mengikuti instruksi Amerika Serikat (AS) untuk memicu kerusuhan. Tidak hanya itu, Presiden Maduro juga menuding Presiden AS Barack Obama sengaja merancang kudeta terhadap sosialisme di Venezuela.

Secara terpisah, Gubernur Bolivar menyebut ada sekitar 262 orang yang ditangkap karena melakukan penjarahan. Kelompok pebisnis lokal menyebut ada 350 fasilitas bisnis yang dijarah di Ciudad Bolivar, dengan 90 persen merupakan tokoh makanan.

Dengan uang kertas pecahan 100 bolivar dihapus dari sirkulasi, warga Venezuela kesulitan membeli makanan atau mengisi bensin. Bahkan setelah Presiden Maduro mengumumkan penundaan, beberapa toko masih menolak uang kertas pecahan 100 bolivar.

Penghapusan ini diikuti dengan penerbitan uang kertas baru pecahan 500 bolivar (Rp 669 ribu). Wakil Presiden Bank Sentral Venezuela, Jose Khan, menyatakan sudah ada 13,5 juta lembar uang kertas baru pecahan 500 bolivar yang siap diedarkan.(dtc)