ALEPPO - Lima unit bus yang digunakan untuk mengevakuasi ribuan warga sipil dari 'neraka' Aleppo, dibakar milisi Front Nusra, Minggu (18/12/2016).

Video yang beredar di media sosial memperlihatkan pria-pria bercambang dengan senjata bersorak dan meneriakkan takbir setelah membakar bus-bus hijau yang sedianya menjemput para warga sipil.

Media pemerintah menyebut serangan dilakukan oleh teroris bersenjata Front Nusra. Istilah tersebut ditujukan bagi kelompok yang memerangi tentara Presiden Bashar al-Assad.

Evakuasi ribuan warga dari wilayah konflik di Aleppo, Suriah pun kian terhambat. Rencana pemindahan tertunda lantaran tidak ada kesepakatan soal pemindahan warga sipil di dua wilayah yang dikuasai pemerintah Suriah di Idlib. Warga sipil di wilayah itu terjebak pertempuran.

”Kami menunggu kesepakatan tercapai lagi,” kata Ketua lembaga kemanusiaan Syrian Relief, Mounir Hakimi, seperti dilaporkan BBC, Minggu. ”Kabarnya pagi ini sudah tercapai dan tim kami sudah siap menerima warga sipil,” ujar dia. Lembaga tersebut menunggu di perbatasan Suriah-Turki.

Para reporter menggambarkan orang-orang terpaksa tidur di jalan dalam cuaca dingin nyaris tanpa makanan. Namun televisi Suriah menyatakan bus-bus mulai masuk ke wilayah Aleppo timur pada siang harinya.

Kelompok pengamat hak asasi manusia (HAM) Suriah menyatakan pemberontak Front Nusra mencegah bus masuk ke desa-desa yang dikuasai pemerintah, Foah, dan Kefraya di Provinsi Idlib. Pasukan pemerintah Suriah mendesak pemberontak membiarkan warga yang membutuhkan perawatan kesehatan untuk dievakuasi.

”Mau dengan bus, mobil, jalan kaki, bahkan merangkak pun, kami siap pergi dengan cara apa pun. Kami hanya ingin keluar,” ucap Ahmad Abo Dyab, 26 tahun, teknisi medis. ”Kami sudah menyerahkan rumah, dan milik kami semuanya. Sekarang kami hanya ingin keluar.”

Palang Merah Internasional (ICRC) mendesak semua pihak yang bertikai untuk menjamin jalan keluar yang aman bagi warga yang mengungsi. Soalnya, ribuan warga yang kedinginan dan ketakutan, termasuk wanita, dan anak-anak, masih terperangkap di dalam Aleppo, Sabtu.

Adapun Indonesia menyeru agar gencatan senjata segera dicapai dan bantuan kemanusiaan menjadi prioritas bagi semua pihak. Kementerian Luar Negeri dalam rilisnya, kemarin, juga mendorong Dewan Keamanan PBB mengambil langkah konkret agar gencatan senjata tercapai dan kekerasan dihentikan. Dewan Keamanan berencana mengambil suara soal perlunya pengiriman monitor evakuasi ke Aleppo, Suriah, Minggu waktu setempat. ***