BEIJING - Pemerintah kota Beijing memerintahkan 1.200 pabrik di dekat ibu kota China tersebut, termasuk kilang minyak yang dijalankan oleh perusahaan minyak utama negara Sinopec dan sebuah industri pangan Cofco, untuk menutup atau mengurangi produksi sebagai langkah guna mengurangi polusi udara.

Hal itu menyusul kemungkinan ibu kota Negeri Tirai Bambu tersebut memiliki peringatan polusi udara tertinggi.

Otoritas lingkungan mengeluarkan tanda bahaya yang dimulai pada Jumat (16/12) malam dan akan berlangsung hingga Rabu mendatang, setelah peringatan dari kabut bercampur asap yang meluas di utara China.

Hal itu akan berarti pembatasan pada lalu lintas dan pekerjaan konstruksi serta anjuran untuk sekolah-sekolah, rumah sakit dan perusahaan.

Pemerintah kota mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa kilang Yanshan milik Sinopec yang berproduksi 10 juta ton per tahun, pabrik baja Shougang Group dan pabrik milik Cofco yang membuat mi instan dan biskuit, berada di antara 500 perusahaan yang telah diperintahkan untuk membatasi produksi.

Otoritas itu juga mencantumkan 700 perusahaan yang harus menghentikan sementara pekerjaannya secara keseluruhan.

Tanda peringatan itu dikeluarkan ketika nilai polutan dalam indeks kualitas udara (AQI) diperkirakan mencapai angka 200 selama lebih dari empat hari berturut-turut, angka itu melebihi nilai selama lebih dari dua hari yang berada pada angka 300 atau melampaui nilai yang terekam selama setidaknya 24 jam di angka 500.

AQI di Beijing sendiri pada Sabtu ini mencapai angka 120.

Sepuluh kota di provinsi Hebei yang mengelilingi Beijing dan wilayah produksi baja yang utama dari negara, telah diberikan tanda bahaya atas kabut asap. Pabrik baja telah dipaksa untuk memangkas produksi mereka.

Kekuatan ekonomi kedua terbesar di dunia itu telah berjuang melawan penurunan kualitas lingkungan yang ditinggalkan oleh dekade pertumbuhan ekonomi yang sangat tinggi.