Setelah shalat Ashar sore itu Syarief pergi ke tempat Rajul, yang tinggal tidak jauh dari tempat di mana Syarief dan Aisya tinggal, dengan menggunakan motornya.
Sesampai di sana Syarief memulainya dengan.
“Assalamua’alaikum“ ucap Syarief kepada rajul yang kebetulan sedang santai di rumahnya.
“Wa’alaikum salam.“ jawab Rajul dari dalam rumahnya.
“Oooo pas banget kamu datang, masuk lah!” sambung Rajul untuk menyambut kedatangan Syarief di rumahnya.

“Ia...” jawab Syarief sambil melangkah masuk dan merasai suasana
rumahnya Rajul yang cukup sederhana.
“Duduklah!“ kata Rajul.
 
Rajul pun mengambilkan sekeping VCD-nya untuk diperlihatkan kepada Syarief, kebetulan itu VCD lagu malaya, yang mana dia suka dengan lagu-lagu malaya, begitu pula Syarief sangat mengidola lagu-lagu malaya selain musiknya indah, lagu malaya juga sangat menyentuh hati dengan liriknya yang syahdu. Rajul pun  memutarkan VCD itu sambil mengajak Syarief bicara.
 
“Bagaimana sudah hubunganmu sama Aisya?“
“Biasa-biasa saja.“ jawab Syarief.
“Oia Aisya marah gak atas kejadian semalam?”
“Semalam sih sedikit, tapi sekarang gak lagi.“ jawab Syarief dengan santai.
“Itu hati wanita, hati wanita sangat mendalam, sangat tulus, ia mudah sakit, walau tidak terlihat bahwa wanita itu sedang sakit, tapi hati itu sakit, jadi yang bisa mengukur betapa sakitnya hati wanita, itu hanya air mata.” kata Rajul, karena ia sudah lama mengenal makhluk Tuhan yang bernama wanita.
 
Syarief hanya mendengar kata-kata Rajul dengan baik, sambil hatinya meluruskan niat semalam yaitu, untuk selalu mencintai Aisya, tidak akan menyia-nyiakan Aisya dan akan mencoba menjaga hati Aisya dengan baik.
 
“Orang seperti Aisya itu patut untuk didambakan, selain dia cantik, Shaleha, dia juga pandai, ia tidak seperti wanita-wanita lain, jadi jaga baik-baik, jangan sampai diambil orang.” nasehat Rajul kepada Syarief dengan rasa perhatian terhadap hubungan antara Syarief dan Aisya.
 
“Eumm.“ jawab Syarief sambil tersenyum.
Lagi asik mereka berbincang-bintang soal cinta, sekalian Rajul menceritakan pengalamannya kepada Syarief, ketika masih berhubungan sama Mista, maka hari pun mulai gelap, sambil bangun, Syarief berpamit kepada Rajul karena ia harus ke musala.
“Saya pulang dulu ya Jul!, sudah magrib.”
“Ia, hati-hati!”
“Ia.”

Syarief pun pulang ke rumahnya, dengan hati riangnya, karena punya
teman seperti Rajul, yang bisa memberi solusi dengan pikirannya yang
dewasa.
 
***
 
Pada malamnya Syarief kembali belajar, ketika keluar dari gerbang rumahnya, kebetulan Aisya juga baru keluar dari rumahnya, maka mereka pun pergi ke tempat belajar dengan beriringan.

“Ke mana tadi sore?” tanya Syarief.
“Jalan-jalan ja, sama Maulida, dan Cut Eliza.”
“Oooo yayaya.”
 
Lalu Aisya pun membuka kitab yang ada dalam pelukannya, dan mengeluarkan selembar kertas.
“Lihatlah!” kata Aisya sambil memberikan kertas tersebut kepada Syarief. Syarief pun mengambilnya dan membuka.
 
“Cinta itu tidak dapat dijual dan dibeli, tapi dia datang dengan sendirinya. Bila cinta tanpa cemburu itu tandanya cinta yang kurang mendalam. Namun bila cinta banyaknya pencemburuan, bisa-bisa cinta itu berpindah kepada orang lain”
Selesai membacanya, Syarief tersenyum.

“Bukti Aisya cinta sama kakak apa?” tanya Syarief kepada Aisya yang berjalan di sampingnya.
“Aisya rela menolak cinta lelaki lain, demi cinta Aisya sama kakak.”
jawab Aisya malu.

“Tapi kita gak usah pacaran… Lagian… besok kakak akan khitbah Aisya.”
Aisya sangat bahagia mendengar kata-kata itu, sembari tersenyum sambil melangkah bersama Syarief dalam suasana hati yang syahdu, yang diiringi oleh molodi suara kaki yang sendu.