Sementara Syarief, selesai shalat, ia mendekati Rival yang sedang santai di rumah, Syarief berkata.

“Val ada yang seru ini!”

“Apaan kakak?“

“Sebentar ya... kakak buat kopi dulu, biar curhatnya lancar... soalnya ceritanya panjang, mungkin kita gak tidur malam ini, hehehe.“ senyum Syarief

Rival yang sedang duduk, ia merasa penasaran, karena tidak biasanya Syarief begini. Syarief pun  menuju dapur, memanaskan air, dan menuangkan kopi sashet dalam gelas bersama gula, lalu ia tuangkan air yang sudah dipanaskan tadi  kedalam gelas tersebut, lalu ia aduk, sambil membawa ke kamarnya, dan menaruknya di depan Rival, maka Syarief pun berkata kepada Rival 

“Tau gak... tadi Aisya bilang cinta sama kakak!”

Rival pun kaget dengan kabar yang sampaikan Syarief, karena Rival meyakini, hanya orang-orang terpilih saja yang mampu mendapat cinta Aisya.

“Yah... terus  kakak bilang apa?” tanya Rival

“Ya... kakak jawab terus, cinta juga sama Aisya.”

“Jadi sekarang kakak sudah jadian sama Aisya?”

“Jadian? Maksudnya?” tanya Syarief yang benar-benar tidak mengerti dengan maksud dari jadian.

“Maksudnya, kakak pacaran sama Aisya?”

“Emang cinta harus pacaran ya?” 

“Gak juga, tapi sebagai jaminan aja, biar Aisya gak diambil orang”

“Tapi gak mungkin Val, Aisya orangnya baik-baik, masak diambil orang?”

“Jadi kakak gak pacaran sama Aisya?”

“Begini Val, kalau kakak pikir-pikir pacaran atau tidak kan sama saja, artinya gak boleh bersentuhan, dan kalau besok kakak jodoh sama Aisya, orang-orang pasti nanya “Dah lama pacaran?” eh masak harus jawab “Sudah 10 tahun pacaran,” jelek bangetkan? Jadi bagi kakak pacaran hanya menurunkan kualitas cinta aja!”

“Wah… jauh banget pikiran kakak.” tanggap Rival dengan ceria, karena baginya cinta di masa remaja itu hanya mencari sensasi, tapi berbeda dengan Syarief.

“Heheh wanita bukan untuk dipacari, tapi untuk dinikahi!” jawab Syarief dengan iseng.

“Ya ya, tapi kakak hebat,” puja Rival.

“Kenapa?”

“Karena kakak bisa dicintai Aisya, sebelum kakak pulang ke sini, banyak yang suka sama Aisya, tapi mereka semua ditolak, termasuk Rozi.”

“Rozi...?” tanya Syarief kaget, karena ia kenal dengan laki-laki yang bernama Rozi.

“Ia! Yang tinggal di desa sebelah, tapi ia satu sekolah sama Aisya.”

Lagi asyik mereka curhatan tiba-tiba “tit tit, tit tit“ hp Syarief berbunyi, yang terdengar dari ruang tamu

“Bentar ya Val!“ kata Syarief.

Syarief bangun, dan keluar dari kamarnya untuk mengambil Hpnya di ruang tamu, namun  ia kaget, ketika ia lihat di layar Hp-nya yang tertulis “Satu pesan diterima dari Bu Aini,” sehingga hatinya gemetar dan berfikir, “Salah apa ya sama Ibu?“ karena tidak biasanya Bu Aini menghubunginya malam-malam begini, biasanya kalau ada masalah, beliau pasti  menemuinya secara langsung. Lalu Syarief punmembuka SMSnya, dan berisi :