JAKARTA - Pasutri Xaveriandy Sutanto-Memi duduk di kursi pesakitan karena menyuap mantan Ketua DPD Irman Gusman. Kepada majelis hakim, Memi menangis meraung-raung kala permohonan justice collaboratornya belum dikabulkan majelis hakim. Majelis hakim yang diketuai Nawawi Pamolango tampaknya masih belum mendapatkan alasan yang tepat mengapa harus memberikan surat yang bisa dijadikan alat untuk mendapatkan keringanan hukuman itu. Bagi Nawawi, Memi tampaknya memberikan keterangan bertele-tele dan berbelit-belit.

"Justice colaborator itu membutuhkan keterusterangan dan kejujuran. Dari keterusterangan ini kita bisa buka tabir kasus korupsi lainnya. Kalau cuma sampai di sini ya bahasanya terus terang belum terbuka. Kasus korupsi yang anda buka enggak nyangkut-nyangkut amat. Ini kesempatan terakhir anda ungkapan permohonan justice colaborator Anda itu," kata Nawawi dalam sidang di Pengadilan Tipikor Jakarta, Jalan Bungur Besar Raya, Kemayoran, Jakarta, Selasa (29/11/2016).

"Keterusterangan itu untuk membuka tabir kasus yang lain baru bisa. Jangan mengajukan JC tapi ceritanya muter-muter. Sekarang apa yang ingin ibu tambahkan?," sambung Ketua PN Jakarta Timur itu.

Mendapati pertanyaan itu, air mata Memi tumpah. Ia lalu mengiba dengan membuka masa lalunya.

"Yang Mulia, tahun bencana alam ada di Padang 2009, kami semua hancur. Rumah miring, menjalani 2010 menjelang Ramadan kami ikut partisipasi oleh Pemprov, kenapa saya sampai diundang? Berawal dari situ karena kemiskinan rata, dengan yang masih sisa di gudang kami upayakan. Walaupun saya hanya pengusaha lokal tapi keperihatinan dan tanggung jawab ada, kegembiraan tersendiri sehingga jadi keterusan tiap tahun," kata Memi sambil menangis tersedu-sedu.

Lalu Memi menceritakan kelangkaan gula di Sumatera Barat pada 2016. Ia lalu mendapatkan jatah impor gula atas lobi Irman Gusman ke Dirut Bulog. Ternyata tidak ada yang gratis.

"Walaupun Pak Irman bilang ingin ada Rp 300, saya dari awal ke penyidik bilang memang Pak Irman minta ikut bisnis dan bagi hasil yang sebetulnya berlawanan dengan hati saya. Jadi pada malam itu saya bukan khusus datang ke Irman Gusman. Terbukti dari tiket saya beli berhari-hari sebelumnya. Kalau itu bagian komitmen saya pasti transfer," cerita Memi.

"Jadi Anda beri?" tanya Nawawi menegaskan.

Mendapat pertanyaan tersebut, tangis Memi makin kencang. Badannya ikut bergoncang.

"Iya Yang Mulia. Saya menyesal Yang Mulia. Kami menyesal minta maaf dan karena kesalahan kami kami harus menelantarkan karyawan dan keluaga. Kami diputuskan dari dunia luar secara tiba-tiba.. Anak kami harus mempersiapkan ujian kelulusan SD sendirian. Kami menyesal Yang Mulia," tutur Memi menangis iba.

"Saya menyesal. Mohon JC dikabulkan demi kemanusiaaan. Demi anak-anak kami. Demi karyawan kami dan demi Sumbar. Kami akan jadi pengusaha yang baik tidak akan mengulangi. Mungkin ini kesialan kami tahun ini," sambung Memi.

Mendapati tangis Memi, Nawawi tidak berubah. Bagi Nawawi, bukan hal baru orang menangis di depannya dalam persidangan.

"Saya 30 tahun jadi hakim, saya 30 kali ketemu wanita menangis di sidang. Hanya satu orang yang enggak, tapi yang saya ingat hanya wanita yang tidak menangis itu. Jadi satu-satunya wanita yang tidak menangis itu ketika saya tanya dia menjawab 'wanita dewasa tidak menangis'. Mungkin itu bisa ibu pinjem. Jangan menangis tapi lebih banyak berdoa. Menyesali," tutur Nawawi yang menjadi ketua majelis Ahmad Fathanah itu.

"Ada penggalan wanita dewasa jangan menangis. Jadi jangan menangis," perintah Nawawi ke Memi. (dtc)