JAKARTA - Tokoh etnis Tionghoa, Lius Sungkharisma, mengatakan, banyak tokoh yang datang ke Kampung Luar Batang dan lokasi penggusuran di Pasar Ikan, menunjukkan besarnya dukungan terhadap warga melawan kebijakan penggusuran yang dilakukan Pemda DKI Jakarta.

''Kampung Luar Batang bukan tempat sembarangan. Kampung ini sudah ada sebelum republik ini ada. Tapi hari ini, kampung ini dan warganya dizalimi penguasa DKI Jakarta,'' kata Lius Sungkharisma kepada Islampos belum lama ini usai diskusi publik di Gedung Juang, Jakarta.

Lius Sungkharisma dikenal sebagai sosok pengusaha Tionghoa yang selama ini kencang melawan Ahok untuk tidak terpilih lagi menjadi Gubernur DKI Jakarta mendatang.

“Bukan hanya tokoh ulama, tapi juga politisi, budayawan, dan aktivis kemanusiaan berkumpul di sana. Bahkan, saya haqqul yaqin Ahok akan jatuh sebelum Pilkada. Bukti-buktinya sudah lengkap. Dia bisa kualat. Ahok lupa, dulu saat Jokowi menjadi gubernur, dia berjanji tidak akan menggusur Kampug Luar Batang,” tandas Lius.

Lius menegaskan, penggusuran sudah tidak boleh lagi. Minjam istilah Frans Magnis Suseno, jika masih ada penggusuran, itu biadab. “Saya bersyukur berada di jalan benar, untuk tampil membela rakyat yang dizalimi. Ini bukan bicara agama atau etnis, tapi bicara persoalan pemimpin yang zalim. Baru kali ini, kita dipimpin oleh pemimpin zolim.”

Ternyata tidak semua orang Tionghoa mendukung Ahok, Lius adalah satu diantara tokoh Tionghoa lain yang tak suka dengan gaya kepemimpinan Ahok. Dalam setiap forum diskusi, Lius gencar berkampanye menolak Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok untuk maju dalam Pilkada DKI 2017 mendatang.

Ketika ditanya, kenapa hanya dirinya yang tampil? Lius mengatakan, bukan hanya dirinya yang berusaha menjegal Ahok agar tidak bisa mengikuti Pilkada DKI 2017. Ada beberapa tokoh Tionghoa lain yang tak suka Ahok. Sebut saja seperti Kwik Kian Gie, Jaya Suprana dan Harry Chan Silalahi.

“Mereka sudah gerah. Para senior Tionghoa sudah nggak suka sama Ahok. Jika dihitung, 80 persen kaum Tionghoa tidak akan pilih Ahok. Sedangkan 20 persen lainya dukung Ahok. Yang dukung Ahok itu tidak mengerti, seperti terkena hipnotis Ahok,” tandas Lius.

Terkait, gaya komunikasi Ahok, Lius ,menilai, sangat parah. Ahok harus belajar pada Jokowi yang tidak pernah maki-maki orang. Bahkan yang memaki pun diajak makan, diambil hatinya agar luluh. “Kita udah anti Ahok. Bukan karena mulutnya saja yang kasar, tapi itikad dan hatinya juga sangat buruk,” pungkasnya.

Lius menilai Ahok hanya pandai mencitrakan dirinya sebagai pejabat yang bersih dan tidak korup. Tetapi, dengan adanya kasus korupsi Rumah Sakit Sumber Waras, jelas membuktikan bahwa Ahok bukan pemimpin yang bersih.

“Ahok tidak akan lolos dari kasus hukum Sumber Waras dan Reklamasi Pantai Utara yang membelitnya. Saya masih yakin KPK akan menangkapnya. Kita tahu belakangan ini KPK sering didemo rakyat. Ini sinyal KPK harus tegas untuk menangkap Ahok. Bukankah BPK sebagai petinggi negara sudah menyampaikan laporannya kepada Presiden, terkait adanya kerugian negara. KPK hendaknya jangan mencari niat jahat,” ujarnya.

Lius tidak percaya, Jokowi melindungi Ahok. “Ahok itu nggak sakti, tinggal waktu aja dijeblosin dalam penjara. Dulu saja, Ratu Atut (Gubernur Banten) sudah tiga kali diperiksa KPK, lalu masuk penjara. Sedangkan Ahok baru dua kali dipanggil KPK. Saya yakin, jika empat kali dipanggil, Ahok tidak akan bisa lolos dari jeratan hukum.

Lebih jauh Lius menolak anggapan, isu penolakan Ahok terkait anti Cina atau ras apapun. Dalam forum-forum diskusi, tak ada yang menyebut anti Cina. Semua pihak mau menggeruduk Ahok, bukan karena dia orang Cina atau Kristen, tapi karena perilakunya yang korup, munafik, zolim, dan beraninya sama rakyat kecil.

“Ahok seenaknya saja menggusur, lalu memberi rumah susun yang tempatnya sepi dan jauh. Sudah panas, gersang pula. Kambing dan kucing saja ogah pindah kesitu,” kata Lius.***