SIDRAP - Seorang murid Sekolah Dasar Negeri (SDN) 3 Baranti, Sulawesi Selatan, RN (12) menemui ajal setelah diduga dianiaya teman kelasnya sendiri. Peristiwa penganiayaan sebenarnya terjadi, Kamis (3/11) pekan lalu. Dua hari kemudian, tepatnya Sabtu (5/11), korban mengembuskan nafasnya yang terakhir sesaat setelah dilarikan ke Puskesmas Baranti, Sidenreng Rappang (Sidrap), Sulawesi Selatan.

MR alias LK (12) disebutkan menganiaya korban lantaran kesal selalu mengadukan dirinya ke guru, hingga ia mendapatkan hukuman.

Orang tua korban, I Calemma yang ditemui di kediamannya Jalan Korban 40.000 Jiwa, Kelurahan Baranti, Kecamatan Baranti, mengaku kejadian yang dialami putrinya itu resmi dilaporkan ke polisi.
Laporan yang dilayangkan, Senin (7/11) bernomor: STTL.73/XI/2016/Sulsel/Res Sidrap/Sek BRT.

Dalam laporannya, ibu korban awalnya tidak mengetahui penyebab anaknya hingga meninggal dunia. Dia baru tahu anaknya dianiaya setelah mendapat informasi dari warga sekitar serta teman-teman korban yang datang melayat ke rumah duka.

"Jujur, saya tidak tahu sama sekali kalau anakku dianiaya temannya. Setelah dia meninggal dunia, banyak yang buka mulut saat datang melayat," ujar Calemma, seperti dikutip dari Berita Kota Makassar, Rabu (9/11).

Ibu korban mengatakan, dia mendapat keterangan bahwa ini dipicu persoalan sepele. Sabtu, 29 Oktober 2016, sebelum kejadian, MR bermain bola di lapangan sekolah. Tiba-tiba pelaku menendang bola dan mengenai kepala korban.

Saat itu, korban menangis dan cekcok dengan pelaku. MR emosi dan menganiaya korban. "Karena dianiaya, korban kemudian melapor ke guru hingga pelaku diberi hukuman," terang Calemma.

Tak terima dihukum oleh gurunya, MR kian emosi dan kesal terhadap korban. Hingga jam sekolah menunjukkan waktu pulang, Kamis (3/11), MR menunggui korban di pintu gerbang. Ia berencana kembali menganiaya korban.

Karena merasa tidak aman, pelaku membuntuti korban di samping rumah warga. Akhirnya pelaku menganiaya korban hingga mengakibatkan luka serius di tubuh korban.

"Memang saya sudah curiga, karena di tubuh anak saya banyak luka-luka memar sebelum meninggal. Tapi masalahnya, anak saya tidak menceritakan peristiwa yang dialaminya. Dia lebih memilih diam. Seandainya dia cerita ke kami, sebagai orang tua tentu kami akan mengambil tindakan," cetus Calemma. (jpnn)