MELBOURNE - Marc Marquez ditunjuk Repsol Honda sebagai suksesor Casey Stoner di pentas MotoGP. Siapa sangka, pembalap Spanyol malah sukses persembahkan prestasi yang lebih baik ketimbang seniornya. Marquez ditunjuk jadi pembalap utama Repsol Honda di pentas MotoGP pada musim 2013 untuk menggantikan Stoner yang memutuskan pensiun. Berbekal dua gelar juara dunia di kelas 125cc dan Moto2, pembalap yang ketika itu masih berusia 20 tahun sukses buktikan diri sebagai salah satu talenta terbaik di ajang kebut-kebutan.

Di seri perdana Qatar, Marquez langsung dapat podium ketiga di bawah Jorge Lorenzo dan Valentino Rossi. Di seri kedua, Marquez meraih kemenangan perdana di kelas utama yang membuatnya memecahkan rekor 30 tahun Freddie Spencer sebagai pembalap termuda yang bisa menangkan seri balap motor kelas tertinggi.

Di musim pertamanya, Marquez hampir tak pernah absen merebut podium di mana 16 dan 18 berhasil naik ke panggung penyerahan trofi. Tercatat, Ia hanya dua kali gagal menyelesaikan balapan lantaran terjatuh di Italia dan didiskualifikasi di Australia. Capaian itu sudah cukup mengantarnya jadi juara dunia MotoGP 2013.

Kesuksesannya berlanjut di musim 2014. Setelah tahun lalu sempat gagal mempertahankan gelar, pada 2016 Marquez kembali jadi yang terbaik di kelas tertinggi dengan memastikan gelar juara sudah digenggamannya sejak seri balap ke-15 lalu di Jepang.

Di sisa musim ini, Marquez yang gagal menyelesaikan balapan di Australia akhir pekan lalu, bercerita ketika ditunjuk menggantikan Stoner. Dalam pengakuannya, The Baby Alien mengaku sempat pesimistis bisa menyaingi catatan waktu seniornya.

"Cara balapan masih sama seperti sebelumnya, itu cuma batas dari sebelumnya. Pada akhirnya, kami gunakan cara yang sama, tapi anda bisa mencapai batas dari yang sebelumnya," tuturnya seperti dikutip MCN, Rabu (26/10/2016).

"Casey melihat data saya dan dia mengatakan saya punya sesuatu untuk ban depan motor saat pengereman. Anda bisa mencapai batasnya. Sangat menyenangkan punya seseorang sepert Casey yang selalu mengatakan hal baik tentang saya, tapi saya juga demikian ketika pertama kali melihatnya," imbuhnya.

Marquez mengaku, sempat takjub melihat data Stoner saat memacu RC213V. Terlebih, statistik milik juara dunia dua kali MotoGP dianggapnya terlalu tinggi sehingga sulit diimbangi.

Marquez tak menyerah. Dia pun mencontoh gaya balapan Stoner yang terkenal agresif dan akhirnya bisa mengimbangi catatan waktunya.

"Ketika saya tiba pada 2013, saya lihat datanya (Stoner) dan berpikir tidak akan bisa mengendarai motor ini. Saya lihat data milik Dani (Pedrosa) dan berpikir saya mungkin bisa mencapainya, tapi saya hanya pernah lihat data Casey beberapa kali,"

"Saya melihat batas waktu itu sangat jauh. Saya selalu berusaha mencapai batasnya dengan data, tapi cara dia membuka gas begitu agresif, seperti sedang menunggangi motor 125. Cara motor bergerak ketika dalam percepatan seperti itu adalah sesuatu yang mesti diwaspadai," ungkapnya.

Soal gaya balapannya, Marquez yang tampil sangat agresif tahun lalu mengaku sudah berubah. Hasilnya tak sia-sia, gelar juara berhasil ia amankan kembali musim ini.

"Saya coba menjadi lebih halus sekarang, tapi pada akhirnya saya masih agresif. Saya coba untuk tidak pergi kelewat batas karena terkadang saya bisa memacu motor secara maksimal, merasakannya, menahannya. Sebelumnya, saya tidak peduli dengan kecelakaan, tapi sekarang saya tahu saya tidak memacu melebihi batasan," tutupnya.

Selanjutnya, Marquez bakal tampil di Sirkuit Internasional Sepang dalam Grand Prix Malaysia, Minggu (30/10/2016). Tahun lalu, ia terlibat insiden senggolan dengan Rossi yang menyebabkannya terjatuh, dan berujung kontroversi yang mempengaruhi rivalitasnya dengan The Doctor hingga saat ini.