OSLO - Menteri Migrasi dan Integrasi Norwegia, Sylvi Listhaug, mengeluarkan pernyataan yang membuat resah para imigran Muslim. Listhaug meminta imigran Muslim memakan daging babi dan minuman beralkohol.

"Saya pikir orang-orang yang datang ke Norwegia perlu beradaptasi dengan masyarakat kami. Di sini kami makan daging babi, minum alkohol dan menunjukkan wajah kami. Anda harus mematuhi nilai-nilai, hukum dan peraturan di Norwegia ketika datang ke sini," kata Listhaug.

Listhaug merupakan politisi konservatif Norwegia. Dia berasal dari partai beraliran liberal konservatif Progress Party. Dia ditunjuk menjadi Menteri Migrasi dan Integrasi Desember tahun lalu.

Listhaug membuat pernyataan itu di akun Facebook miliknya. Unggahan Listhaug langsung viral dan mendapat 19.000 suka serta dibagikan 4.500 kali.

Unggahan itu juga berisi tautan ke artikel di surat kabar Dagbladet. Di artikel itu, politisi sayap kanan 38 tahun itu, menyatakan pendapatnya soal imigran Muslim.

"Bukan tugas warga Norwegia untuk beradaptasi dengan para imigran, dan kami telah memberikan sinyal tegas kepada mereka. Itu adalah hal paling utama selain memberitahu mereka tentang kewajiban belajar bahasa kami dan mendapat pekerjaan sehingga mereka bisa hidup mandiri," kata dia.

Listhaug, sebelumnya menjabat Menteri Pertanian, mengkritik lembaga-lembaga publik yang tidak lagi menyediakan daging babi agar tidak menyinggung Muslim.

Imigran Muslim Menurun

Dalam waktu kurang dari satu tahun, jumlah imigran Muslim ke Norwegia telah turun drastis dari sebelumnya sebanyak 32.000 menjadi 3.550 dalam 19 tahun belakangan pada akhir 2016.

Penurunan ini kemungkinan juga terjadi di seluruh Eropa. Ini mungkin disebabkan sistem pengawasan yang dijalankan secara ketat oleh Listhaug.

Dia pernah membuat pernyataan akan memberi uang kepada imigran yang bersedia pulang ke negara asalnya. Belakangan Listhaug mengatakan imigran sudah masuk menimbulkan sejumlah masalah.

"Pergi wawancara kerja, Anda tidak boleh memakai celana dan topi. Dan, jangan memakai niqab atau burka," kata Listhaug.

"Di negara kami alkohol adalah produk legal. Jadi jika Anda bekerja di tempat yang menyediakan itu, Anda tidak dapat memilih tidak melayani bir, wine atau minuman (beralkohol) lain. Kami sebelumnya bermasalah dengan orang yang menolak menyajikan daging babi," kata dia.

"Masing-masing harus memperhatikan lingkungan sekitar, dan wajib pajak Norwegia tidak akan mendanai hidup Anda," jelas Listhaug.

Dikecam

Pernyataan Listhaug langsung mendapat kecaman. Melalui editorial dan wawancara, beberapa tokoh bahkan menyerukan Listhaug untuk mundur dari jabatannya.

"Listhaug terlalu menyederhanakan semuanya. Dia berpikir pakaian, daging babi dan alkohol adalah alasan utama wanita imigran Muslim gagal untuk berintegrasi. Penting untuk mengetahui apa yang bisa mereka lakukan, dan menawarkan mereka pendidikan dan pelatihan," kata ketua Organisasi Norwegia untuk Pencari Suaka (KKP), Ann-Magritt Austena, kepada Dagbladet.

"Jika dia tidak mengerti kompleksitas dan tidak memiliki keahlian untuk menangani isu-isu sosial dalam cara yang baik, saatnya untuk bertanya: Haruskah Listhaug memikirkan posisinya?" kata ahli politik publik Omar Gilani Syed di artikel yang dia tulis tentang integrasi migran di koran Aftenposten.

"Apakah ini pernyataan populis dengan tujuan untuk mengumpulkan sebanyak mungkin orang? Bagi saya sendiri, saya merasa takut dan gelisah memikirkan seorang menteri integrasi yang mengatasi masalah yang sangat besar dengan solusi yang tak populer, dan mengecilkan makna integrasi dengan urusan daging babi dan alkohol," tulis dia.

Politisi Partai Buruh Zaineb Al Samarai, mengecam pernyataan Listhaug di Dagbladet.

"Saya tidak percaya bahwa budaya Norwegia sangat lemah sehingga kalah dan mati jika seseorang memilih untuk memakai hijab sebagai busana mereka. Saya percaya budaya Norwegia tidak lemah atau dalam bahaya. Dan budaya Norwegia lebih dari sekadar daging babi dan tutup kepala," kata Al Samarai.

Koalisi yang berkuasa sebagian besar memilih mengabaikan reaksi keras yang bergema. Mereka mendukung seruan Listhaug ketika dimintai komentar.

"Tidak, Anda mungkin tidak akan mendapatkan pekerjaan dari saya atau orang lain jika Anda mengenakan niqab," kata Perdana Menteri Erna Solberg.

"Saya percaya orang-orang yang memilih mengenakan hijab atau niqab bertujuan untuk memprovokasi. Saya kira mereka sebaiknya menggunakan waktu dan energi mereka untuk menyesuaikan diri dengan masyarakat Norwegia," ujar Pemimpin Progress Party, Siv Jensen.***