Hasan Siregar lelaki yang berasal dari Tapanuli Selatan tepatnya kota Sidempuan memutuskan untuk merantau ke Medan. Lelaki ini kesehariannya bekerja sebagai penjual salak dipinggiran jalan. Dengan bermodalkan sepeda motor, keranjang dan sebuah payung, dia membuka lapaknya dipinggiran jalan tersebut. Gerobak salak yang Hasan miliki terkenal dengan Gerobak salak Sigumuru, yang nama tersebut diambil dari nama salah satu daerah di kota Sidempuan yaitu Sigumuru. Dan menurut pengakuannya sudah hampir 28 tahun dia berjualan di sekitaran jalan tersebut. Ia mulai menggelar dagangan pukul 08.00 WIB sampai 23.00 WIB.

“Iya gerobak salak yang saya punya terkenal dengan Gerobak Salak Sigumuru, nama salah satu daerah di kota Sidempuan, Tapanuli Selatan. Saya sudah hampir 28 tahun berjualan didaerah sini, dulu bersama dengan abang ipar saya, dan setelah beliau meninggal saya lah yang melanjutkan berjualan disini,” ujarnya.

Sebagai seorang penjual salak di kawasan  Jalan Cirebon dan istrinya hanya seorang ibu rumah tangga, Hasan juga dapat terbilang sebagai orangtua yang sukses menyekolahkan anaknya sampai menjadi seorang wisudawan. Hasan memiliki satu orang anak laki-laki bernama Heri yang diketahui baru saja selesai mendapat gelar sarjana dikampus swasta kota Medan setahun yang lalu, dan saat sekarang ini sedang bekerja.

“Anak saya baru wisuda 1 tahun yang lalu di kampus swasta, yah pekerjaan saya hanya berjualan salak dan istri saya seorang ibu rumah tangga dan berkat kegigihan saya untuk meyekolahkan anak saya, dan juga anak saya yang benar-benar ingin sekolah sampai tamat sekarang lah,” tuturnya.

Dalam sehari penghasilan Hasan tidak menentu, terkadang kalau dalam satu hari hanya separuh salaknya yang habis, uang didapat kurang lebih Rp500 ribu perharinya. Dan jika dalam satu hai tersebut salak yang dijajakannya habis, maka uang yang hasan terima kurang lebih Rp1 juta perharinya, dan itu dipotong lagi untuk memasok salak untuk hari berikutnya. Pesan yang selalu ia tanamkan untuk putranya adalah harus giat belajar agar cita-cita yang diimpikan dapat terwujud, karena kedua orangtua sangat berharap banyak untuk kesuksesan anak semata wayangnya tersebut, karena menurutnya anak adalah rezeki yang paling berharga dalam hidupnya.

“Kalau saya menasehati dia, ya harus giat dalam belajar biar cita-citanya terwujud, kami juga orangtua berharap agar dia cepat sukses karena kami juga hanya punya satu anak, dan harapan kami besar kepadanya, dan anak saya segalanya untuk saya,” imbuhnya.

Diakhir wawancara lelaki yang berusia 67 tahun ini mengajarkan kepada anaknya agar hemat mengelola keuangan, karena mengingat keuangan keluarganya yang tidak selalu baik setiap harinya.

“Saya selalu ajarkan sama anak saya itu supaya hemat dengan menabung. Karena kita kan gak tau keuangan keluarga itu bagaimana kedepannya,”tutupnya.