DAVAO - Presiden Filipina Rodrigo Duterte mengeluarkan peringatan kepada Presiden Amerika Serikat (AS) untuk menilai negaranya sendiri atau berisiko akan kehilangan Filipina sebagai sekutu. Duterte juga menegaskan bahwa dia bukan pelayan AS maupun Obama. Peringatan dari Presiden Duterte ini muncul dalam pidatonya di Davao pada Jumat malam tadi. Presiden berjuluk “The Punisher” atau “Penghukum” itu bahkan menantang Obama menggulingkan atau bahkan membunuhnya melalui agen CIA.

Presiden menyebut nama Obama empat kali dalam sambutannya saat dia mengulangi sebanyak dua kali bahwa latihan perang tahunan AS dan Filipina pada tahun ini akan menjadi yang terakhir. Duterte tegaskan, latihan perang gabungan itu bukan bagian dari Enhanced Defense Cooperation Agreement (EDCA) atau Perjanjian Kerjasama Pertahanan.

”Nilai diri sendiri, karena jika Anda tidak, Anda akan kehilangan Filipina,” kata Duterte mempringatkan Obama.”Saya bukan pelayanmu!,” katanya lagi.

Duterte masih kesal dengan AS, Uni Eropa dan kelompok HAM yang terus mengkritik perang melawan narkoba di Filipina. Perang melawan kejahatan yang dikobarkan Duterte itu telah menewaskan ribuan orang, baik pecandu maupun gembong narkoba.

”Amerika, Uni Eropa, (kelompok) hak asasi manusia, cara mereka berbicara, mereka menegur (saya) seolah-olah saya dianggap mereka  anak,” kata Duterte.

”Saya bukan pelayanmu. Jangan lakukan itu pada saya ketika Anda berbicara dengan saya, Obama, kelompok hak asasi manusia dan Uni Eropa, jika Anda tidak bodoh, saya ini Presiden Republik Filipina,” imbuh Duterte, seperti dikutip Inquirer, Sabtu (8/10/2016).

Presiden Duterte mengaku membenci Obama ketika mengatakan kepadanya agar melakukan perang narkoba di "jalan yang benar". Sedangkan Uni Eropa dan PBB telah membuat tuduhan bahwa Pemerintah Duterte menoleransi pembunuhan di luar hukum di Filipina terkait perang melawan narkoba.