JAKARTA - PT Pertamina (Persero) menilai infrastruktur gas di Indonesia masih tergolong sedikit. Untuk menyalurkan gas alam cair atau Liquefied Natural Gas (LNG) dari pulau Sumatera hingga pulau Jawa saja masih kesulitan karena tidak adanya pipa gas yang tersambung. "Jadi idealnya dari Utara ke Selatan, dari Aceh ke Jawa Timur itu harusnya tersambung," kata Vice President LNG Pertamina Didik Sasongko Widi di kantor pusat Pertamina, Jalan Medan Merdeka Timur, Jakarta Pusat, Jumat (7/10/2016).

Padahal, kata Didik, untuk menyambungkan pipa gas tidak begitu sulit. Hanya saja diperlukan peran serta dari semua pihak termasuk masyarakat untuk mendukung penyaluran gas ke seluruh wilayah di Indonesia.

"Kalau Tiongkok harusnya satu tahun bisa dibangun, di Indonesia technically bisa. Tapi begitu ada pembangunan apa didukung masyarakat. Semua mengeluh gas tapi membangun pipa gas di Jakarta itu susahnya minta ampun," jelas dia.

Selain sulit, pembangunan pipa gas di dalam negeri juga tergolong mahal. Bahkan jika dibandingkan dengan negara lain, membangun pipa di Indonesia membutuhkan dana yang lebih besar dari negara lain.

"Membangun pipa di Indonesia itu sama dengan membangun pipa di daerah Ginza, Tokyo. Itu daerah tanah yang paling mahal di Tokyo. Kalau bandingkan dengan New York jauh (lebih mahal) New York. Padahal tanah di New York lebih mahal dari Jakarta. Kita bangun pipa 10 km itu lebih mahal dari luar negeri," pungkasnya.