NEW YORK - NMantan Perdana Menteri (PM) Portugal, Antonio Guterres akan menjadi Sekretaris Jenderal (Sekjen) PBB yang baru, menggantikan Ban Ki-moon. Guterres meraup suara mayoritas dalam voting informal yang digelar di kalangan anggota Dewan Keamanan PBB. Seperti dilansir AFP, Kamis (6/10/2016), Guterres mendapat dukungan 13 negara dari total 15 negara anggota Dewan Keamanan (DK) PBB dalam voting informal yang digelar Rabu (5/10) waktu setempat. Tidak ada satupun anggota tetap DK PBB yang memveto Guterres untuk menghalangi pencalonannya.

Guterres sebelumnya memimpin Badan Pengungsi PBB atau UNHCR selama satu dekade hingga Desember 2015. Duta Besar Rusia untuk PBB, Vitaly Churkin, keluar dari ruang sidang DK PBB bersama 14 Dubes negara-negara anggota DK PBB lainnya, untuk menyatakan Guterres semakin dekat untuk menggantikan Sekjen Ban.

"Kita telah mendapatkan kandidat favorit dan namanya adalah Antonio Guterres," tegas Churkin.

Churkin menambahkan, DK PBB akan kembali menggelar voting secara formal pada Kamis (6/10) waktu setempat, untuk mengkonfimasi penunjukan Guterres. Dia mengharapkan, voting secara formal akan berujung hasil aklamasi.

"Kami mengharapkan Tuan Guterres menjalankan tugasnya dengan baik sebagai Sekjen PBB untuk lima tahun ke depan," harap Churkin.

Begitu DK PBB secara formal menyatakan dukungan, Guterres akan dibawa ke Majelis Umum PBB untuk disahkan. Guterres akan memulai tugasnya sebagai Sekjen PBB yang baru mulai 1 Januari tahun depan, untuk periode 5 tahun.

Dalam voting rahasia, Guterres mendapat empat voting positif dan hanya satu 'opsi tidak' dari pemegang lima negara veto DK PBB. Hal ini memuluskan langkahnya menjadi Sekjen PBB yang baru. Dalam lima voting informal sebelumnya, Guterres selalu menempati posisi teratas.

Guterres yang menjabat PM Portugal tahun 1995-2002 ini, akan menjadi mantan kepala pemerintahan pertama yang menjadi Sekjen PBB. Selama ini, posisi nomor satu di badan dunia itu selalu dipegang oleh mantan Menteri Luar Negeri.

Proses pemilihan Sekjen PBB yang baru mengalami perubahan dari sebelumnya. Jika sebelumnya selalu digelar tertutup, untuk tahun ini prosesnya lebih terbuka dengan masing-masing kandidat diberi kesempatan memaparkan visi dan misi di hadapan Majelis Umum PBB.

Selain Guterres, ada 10 kandidat lainnya yang mencalonkan diri, antara lain pemimpin UNESCO Irina Bokova, Menteri Luar Negeri Argentina Susana Malcorra, serta mantan PM Selandia Baru dan Kepala UNDP Helen Clark. Kandidat lain memperoleh voting negatif dari pemegang veto DK PBB sehingga tak lolos.