SILVERSTONE - “Ini bukan cara balap untuk memenangkan kejuaraan dunia. Lorenzo sekarang tidak punya alasan lagi. Baginya, gelar juara dunia 2016 sudah selesai.” Ya, itulah secuplik petikan komentar dari pengamat Kejuaraan Dunia GP Motor kawakan asal Italia, Carlo Pernat, pasca balapan Seri 12 MotoGP 2016 di Sirkuit Silverstone, Minggu (4/9).

Lantas apa analisis terbarunya soal persaingan perebutan gelar juara dunia kelas bergengsi di sisa enam seri terakhir? 

Jelang Seri 13 MotoGP 2016 di Sirkuit Misano akhir pekan ini. Berikut kami sarikan wawancara situs GPOne dengan manajer pembalap tim Ducati Corse, Andrea ‘The Maniac’ Iannone itu.

Bagaimana jalannya lomba MotoGP Inggris 2016 secara keseluruhan?
“Sekali lagi, kelas bergengsi kembali melahirkan sebuah histori. Di Silverstone, Maverick Vinales mencatat sejarah baru dirinya sendiri, sekaligus memberi Suzuki kemenangan pertama setelah sembilan tahun. Di sisi lain, Cructhlow seakan menegaskan dia memiliki talenta oke dengan kembali finis di podium.”

“Sementara Marquez menyisihkan dahulu mentalitas akuntannya (hitungan matematis), dengan kembali memamerkan cakarnya seperti sebelumnya. Tapi The Spaniard membuat kesalahan dan Rossi mampu memaksimalkannya dengan finis di podium ketiga. Inilah yang terjadi di GP Inggris 2016.”

Apakah Minggu kemarin menjadi sebuah hari yang tidak akan mudah dilupakan oleh Vinales?
“Ini adalah kemenangan bersejarah bagi Suzuki setelah 2007 dan sekaligus menunjukkan bahwa kualitas motor mereka tidaklah buruk (seperti yang dikira orang). Saya berpikir bahwa kejuaraan musim ini memunculkan sejarah, dengan tujuh pemenang berbeda dalam tujuh balapan terakhir.”

“Ban baru (Michelin) dan ECU standar benar-benar telah membuat persaingan antar pembalap dan motor menjadi setara. Jika para pembalap lain harus membiasakan diri dengan ban baru, Honda malah sedang berjuang dengan peralatan elektronik motor mereka. Justru pada poin inilah yang mana masalahnya ingin saya soroti betul.”

Dengan kata lain?
“Ducati dan tim-tim lain telah mendorong untuk diberlakukannya standarisasi ECU pada musim ini (dan Honda kini jadi tim yang paling kesulitan dengan ECU dan peralatan elektronik di motor mereka). Akibatnya, hal itu kemungkinan telah membuat Honda untuk membalas mereka, yakni dengan mendorong aturan untuk tidak diberlakukannya winglets (sayap di bodi motor) pada musim depan (2017).

Kembali ke atas lintasan, duel Valentino Rossi vs Marc Marquez telah membuat jalannya balapan MotoGP Inggris 2016 jadi membara lagi seperti di atas api? 
“Pertarungan antara Valentino dan Marc benar-benar spektakuler. Mereka akan menjadi dua pembalap yang bakal membuat drama di akhir kejuaraan dunia musim ini, karena (Jorge) Lorenzo telah keluar dari persaingan perebutan gelar, kecuali nanti terjadi sesuatu hal buruk yang merugikan keduanya (Rossi-Marquez). Di Silverstone, Jorge benar-benar tak punya alasan lagi, terutama karena balapan kemarin berlangsung dalam kondisi kering.” 

Jadi ini (hingga akhir musim 2016) bakal jadi duel head-to-head antara motor nomor 46 dengan motor nomor 93?
“Saya berpikir bahwa musuh terbesar Marc saat ini adalah dirinya sendiri. Kita telah sama-sama menyaksikan ketika dia membalap dengan intelejensianya di Brno, sedang di Silverstone dia kembali menjadi seorang Marquez terdahulu. Tengok saja ketika dia sempat terjatuh di sesi latihan bebas dan dua kali melebar keluar trek kala balapan. Saya yakin, sungguh tidak mudah untuk mengatur sesuatu di mana dia bisa mengesampingkan instingnya.”

Bagaimana dengan Ducati yang sepertinya mengalami hari Minggu yang pahit?
“Sayang sekali, karena di trek ini (Silverstone) motor (Ducati) terasa sangat berat. Kedua pembalap mereka mengeluhkan rasa sakit yang dialami pada lengan mereka. Dovizioso lebih suka untuk konsisten dan teratur, sedang Iannone berusaha bertarung (dengan pembalap lain) di sepanjang balapan hingga dia terjatuh (pada enam putaran tersisa). Saya pikir, Jorge perlu mulai berpikir lagi tentang kesulitan yang mungkin akan dihadapinya musim depan.”