KOPENHAGEN - Lazimnya, khatib dan imam pada salat Jumat adalah laki-laki. Namun berbeda di masjid yang satu ini, khatib dan imam salat Jumatnya justru perempuan. Ya, masjid ini memang khusus untuk jamaah perempuan. Masjid yang terdapat di Kopenhagen, ibu kota Denmark itu bernama Maryam.

Seperti dilaporkan The Guardian Sabtu (27/8), jamaah Masjid Maryam bisa mencapai 60 orang saat salat Jumat. Masjid ini satu dari sedikit tempat ibadah muslim yang khusus diperuntukkan bagi perempuan.

Sherin Khankan dan Saliha Marie Fetteh merupakan imam masjid ini. Mereka biasa memberikan khutbah tentang keseteraan gender, peran perempuan Islam dan peradaban, serta Islam menjawab perkembangan zaman.

Sherin Khankan menjelaskan masjid ini baru dibuka resmi pada Februari lalu. Dia mengatakan masih banyak kegiatan yang bisa dilakukan oleh takmir masjid untuk mempererat hubungan antar jamaah wanita di masjid.

"Jalan kami masih panjang untuk semakin meneguhkan eksistensi sebagai masjid khusus wanita," ujarnya.

Khankan menggagas pendirian masjid ini untuk menghapus stigma bahwa Islam tidak ramah pada perempuan. Di masjid-masjid kebanyakan, perempuan seringkali menempati shaf di belakang laki-laki. Tempat ibadah mereka pun dipisah. Sementara saat salat jumat, perempuan biasanya juga diminta tidak ikut datang.

"Kami ingin menantang dominasi patriarkis dalam Islam. Harus diakui, perempuan dalam agama ini belum dipandang sebagai mahluk yang setara dengan laki-laki," kata Khankan.

Ke depan Masjid Maryam akan menjalankan fungsi-fungsi tempat ibadah lainnya, termasuk melayani prosesi perkawinan. Khankhan menyatakan jamaah masjid ini perlu menyetujui beberapa nilai sebelum bisa bergabung. Di antaranya adalah perempuan berhak menuntut cerai, hak perempuan mengasuh anak bila pasangan muslim bercerai, serta tidak menyetujui poligami.

Walau didukung oleh komunitas muslim Denmark, pendirian masjid ini tetap tak lepas dari kontroversi. Khankhan menyatakan tidak ada satupun ajaran fundamental Islam yang mereka langgar. Mazhab jamaah masjid ini adalah Sunni.

Biar begitu, Khankan mengakui beberapa kerabat mencemoohnya karena punya ide mendirikan masjid khusus perempuan. Wanita keturunan Suriah ini pernah juga dikritik karena memberanikan diri menjadi imam salat jumat.

"Untungnya orang tua saya sangat mendukung. Ayah saya adalah muslim taat dan dia percaya pada nilai-nilai feminisme," kata Khankan.***