NAMANYA Tina Stylianidou. Wanita ini lahir di tengah keluarga Yunani terpandang di Istanbul, Turki. Harta keluarganya berlimpah.

Namun nasib keluarga Tina berubah total setelah Pemerintah Turki memutuskan untuk mengusir seluruh warga Yunani dan menyita harta mereka. Akibatnya keluarga Tina harus kembali ke Yunani dalam keadaan melarat.

Keluarga Tina beserta seluruh orang terhormat Yunani lainnya kemudian menaruh dendam kepada Islam. Mereka menilai situasi yang mereka hadapi merupakan kesalahan Islam.

Yunani dikuasai Turki selama lebih dari 400 tahun. Kondisi itu mengajarkan Tina untuk memercayai setiap kejahatan yang dilakukan terhadap warga Yunani merupakan tanggung jawab Islam.

Orang-orang Turki adalah muslim dan kejahatan yang mereka lakukan dinilai mencerminkan kepercayaan agamanya.

"Kami sangat benci dengan Islam. Selama ratusan tahun, kami diajarkan dalam sejarah dan buku-buku agama untuk membenci dan menghina agama Islam," kenang Tina.

Di sekolah, Tina diajarkan Islam bukanlah agama dan Muhammad bukanlah seorang nabi. Sosok ini digambarkan hanyalah pemimpin dan politikus cerdas yang mengumpulkan berbagai aturan dan hukum dari berbagai sumber, serta menambahkan beberapa idenya sendiri yang kemudian digunakan untuk menaklukkan dunia.

Semua karikatur dan fitnah terhadap Rasulullah yang beredar di media hari ini sebenarnya, adalah bagian dari pelajaran dan materi ujian yang harus ditempuh Tina.

Tetapi Tina bersyukur Allah melindunginya sehingga kebencian terhadap Islam tidak masuk ke dalam hatinya terlalu dalam. Apalagi keluarganya tidak terlalu taat dalam menjalankan perintah agamanya.

Dia melihat banyak penyimpangan yang dilakukan pemimpin agamanya sehingga dia merasa muak dan hampir memutuskan untuk menjadi ateis.

Sebelum akhirnya dia bertemu dengan seorang pemuda yang lahir sebagai muslim yang kemudian menjadi suaminya. Selama ini Tina merasa bingung dengan jati dirinya meski meyakini adanya Tuhan yang mengasihinya.

Pemuda yang akhirnya menjadi suaminya itu menanamkan benih cinta pada hatinya. Mereka akhirnya memutuskan menikah tanpa memedulikan perbedaan agama.

Suami Tina bersedia menjawab setiap pertanyaan tentang agamanya, tanpa menghina keyakinan Tina. Dia pun tak pernah memaksa atau bahkan meminta Tina untuk mengganti agama.

Setelah tiga tahun menikah, Tina memiliki kesempatan untuk mengetahui lebih jauh tentang Islam dan Alquran. Hal ini membuat Tina merasa yakin hanya ada satu Tuhan, yakni Allah SWT, dan tak ada yang bisa dibandingkan dengan-Nya.

Dari suaminya itu, Tina belajar Islam lebih dalam. Termasuk membaca sejarah Rasulullah. Belakangan, Tina menyatakan ingin masuk Islam yang tentu saja disambut gembira oleh suaminya.

"Saya menjadi muslim, dan menyimpan rahasia ini dari keluarga dan teman-teman selama bertahun-tahun. Saya dan suami tinggal di Yunani dan mencoba untuk menjalankan ajaran Islam, tetapi hal tersebut sangat susah bahkan nyaris tidak memungkinkan," kata dia.

Di Yunani tidak ada masjid, tidak ada akses untuk mempelajari Islam, tidak ada orang yang melakukan salat, puasa atau wanita yang memakai hijab.

Saat itu benar-benar sangat sulit untuk mengerjakan kewajiban-kewajiban agama Islam, terutama bagi Tina yang terlahir bukan sebagai muslim dan tak memiliki pendidikan Islam.

"Saya dan suami harus salat dan menjalankan puasa dengan mengandalkan kalender. Tidak ada azan yang terdengar di telinga, tidak ada jemaah yang mendukung. Kami merasa setiap hari berjalan mundur. Keyakinan kami menurun dan ombak membawa kami."

Kemudian ketika anak perempuannya lahir, Tina dan suami memutuskan untuk pindah ke negara muslim.

"Untuk menyelamatkan jiwa dan anak kami, jika Tuhan mengijinkan. Kami tak ingin membesarkan anak kami dalam budaya Barat yang terbuka hingga dia harus berjuang untuk mempertahankan identitasnya sebagai muslim dan mungkin akan berakhir dengan kesesatan." ***