JAKARTA - Delta Airlines membatalkan ratusan penerbangan dan menunda puluhan penerbangan lainnya setelah perusahaan pernerbangan itu menghadapi krisis komputer, yang memicu keributan di bandara di seluruh dunia pada pada Senin, 8 Agustus 2016.

Insiden ini terjadi sekitar dua minggu setelah pasangan muslim, Nazia Ali dan suaminya, Faisal, dipaksa keluar dari maskapai Delta Airlines ketika akan berangkat pulang ke Ohio setelah berlibur di London dan Paris untuk merayakan hari ulang tahun pernikahan mereka ke-10.

Meskipun perintah awal telah dikeluarkan perusahaan penerbangan Amerika Serikat sekitar enam jam setelah sistem komputer menghadapi gangguan akibat pemadaman listrik, namun peringatan pembatalan dan penundaan terus terjadi karena masalah ini melibatkan puluhan ribu penumpang yang terdampar di seluruh dunia. Insiden ini menyebabkan penundaan di Amerika Serikat, Jepang, Italia, dan Inggris.

Seperti dilansir BBC, Selasa, 9 Agustus 2016, para penumpang terlihat berkerumun di konter tiket, duduk di lantai di bandara, dan mencoba untuk bersabar. Agen dan loket tiket yang melayani penerbangan tersebut juga melakukan transaksi secara manual terhadap penumpang.

Perusahaan penerbangan itu menyalahkan gangguan listrik di dekat kantor pusatnya di Atlanta, Georgia yang menyebabkan terjadinya masalah pada jaringan komputer. Delta mengatakan gangguan pasokan listrik di Atlanta yang menyebabkan krisis komputer yang dimulai pada pukul 02.30.

CEO Delta, Ed Bastian, lantas menyampaikan permohonan maaf atas ketidaknyamanan tersebut dan menawarkan penumpang pengembalian uang serta voucher senilai US$ 200 (Rp2,6 juta) dalam pesan video.

"Saya mohon maaf atas ketidaknyamanan dan mempengaruhi pengalaman perjalanan Anda. Tim Delta bekerja sangat keras untuk memulihkan layanan dan mendapatkan sistem kembali beroperasi secepat mungkin," kata Bastian.

Penerbangan secara bertahap mulai kembali tetapi masih terbatas dan Delta memperingatkan bahwa dampak kerusakan komputer masih akan terus berlangsung.

"Meskipun sistem semakin baik dan penerbangan dapat diteruskan, penundaan dan pembatalan akan terus terjadi," kata perusahaan itu dalam sebuah pernyataan sekitar tengah hari.

Sampai sekitar pukul 23.00, perusahaan penerbangan itu mengatakan telah membatalkan lebih dari 740 penerbangan.

Hal tersebut cukup mengguncang reputasi Delta, mengingat menurut IATA, maskapai tersebut berada di posisi ketiga dunia dalam hal pelayanan terbaik kepada konsumen.

Maskapai ini melayani sekitar 180 juta pelanggan per tahun, mempekerjakan lebih dari 80 ribu orang.

Gangguan yang dialami Delta adalah kasus terbaru yang dihadapi maskapai penerbangan. Sebelumnya, Southwest Airlines pada bulan lalu terpaksa membatalkan lebih dari 2.000 penerbangan terkait masalah komputer.

Pasangan Muslim Diusir

Sebelumnya diberitakan, Nazia Ali dan suaminya, Faisal, pada 26 Juli lalu dipaksa keluar dari maskapai Delta Airlines ketika akan berangkat pulang ke Ohio setelah berlibur di London dan Paris untuk merayakan hari ulang tahun pernikahan mereka ke-10.

Menurut harian the Cincinnati Enquirer, seorang pramugari pesawat memberi tahu kepada pilot, ada pasangan muslim di kelas ekonomi yang menelepon dan berbicara dengan kata 'Allah'.

Koran the Washington Post melaporkan, Senin (8/8), Nazia saat itu sedang menelepon dan memakai kerudung. Suaminya saat itu terlihat berkeringat. Pilot kemudian mengatakan kepada petugas bandara dia tidak akan terbang sebelum pasangan itu diusir dari pesawat.

"Kami sudah duduk selama 45 menit," kata Nazia Ali kepada Enquirer.

Petugas bandara kemudian meminta pasangan itu keluar. "Kami ingin mengajukan beberapa pertanyaan," ujar petugas.

Pengacara muslim mengecam insiden pengusiran terhadap pasangan itu.

Dewan Hubungan Amerika-Islam (CAIR) meminta pemerintah AS bertindak dalam kasus ini. Selain itu mereka juga sudah mengumumkan akan mengadukan perbuatan maskapai Delta Air kepada Departemen Perhubungan AS.

"Kami menyerukan Departemen Perhubungan menggelar pemeriksaan terhadap Delta Air," kata pernyataan CAIR.

Nazia Ali menyebut insiden itu 'membuat malu.'

"Kami diperlakukan layaknya binatang. Saya kira kami warga AS, kalian tidak bisa melakukan ini kepada kami," kata Nazia. ***