JAKARTA - Lagi-lagi hasil karya siswa Indonesia berhasil menjuarai ajang tingkat dunia. Kali ini torehan prestasi diraih Ryan Timothy Abisha, dengan tong sampah pintarnya.

Tempat sampah pintar diberinama Smart Trash Bin. Pemberian namanya tiba-tiba saja muncul dalam otak Ryan Timothy Abisha. Tidak ada makna tersendiri dari penamaan alat temuan dari siswa kelas dua SMA di Sampoerna Academy Jakarta ini.

Meski tidak memiliki nama yang bombastis, temuannya ini telah berhasil menorehkan namanya sebagai pemenang medali perak di ajang International Exhibition for Young Inventors (IEYI) di Harbin, Cina, pada 15 sampai 20 Juli lalu. Bahkan, ia memperoleh Special Award from Japan dan Special Award form Macau.

Ryan menceritakan, temuannya ini berbeda dengan tong sampah pada umumnya karena bermuatan teknologi. Sebab, alatnya ini bisa membedakan sampah berdasarkan kategori organik, non-organik atau metal.

''Kalau tong sampah biasa kan gak ngapa-ngapain, kalau yang ini bisa langsung kebuka sendiri kalau didekatin sampah yang sesuai kategorinya,'' ujar Ryan kepada wartawan belum lama ini.

Membukanya secara otomotatis alat ini karena terdapat sensor di atas penutup tempat sampahnya. Menurut Ryan, sensor ini terbentuk dari activated carbon yang dibuat oleh dia sendiri.

Untuk bahan-bahannya, dia membutuhkan tempat sampah dengan penutup biasa, card board, motor penggerak, cat elektrik, sensor, activated carbon, dan sumber listrik yang besarannya lima volt (baterai). Pembuatan alat yang bisa mencapai dua bulan ini mampu menghabiskan uang sebesar Rp 700 ribu.

Ide pembuatan alat ini muncul atas kondisi kota Jakarta. ''Menurut berita, enam ribu hingga tujuh ribu ton sampah kita dikumpulkan ke TPA Bantargebang, Bekasi,'' kata Ryan.

Sampah yang terkumpul di sana pun hasilnya tercampur dengan berbagai jenis sampah. Padahal sampah sudah seharusnya dipisah berdasarkan kategori agar lebih mudah didaur ulang.

Di samping itu, Ryan tidak menampik pemerintah telah menyediakan tempat sampah termasuk pemilahan jenis sampahnya di lokasi umum. Bahkan, tempat sampah yang disediakan pemerintah harganya bisa mahal.

Namun sayangnya, fakta di lapangan membuktikan masyarakat tidak mengetahui benar cara memilah jenis sampah. Mereka terkadang memasukkan sampah organik di tempat yang non organik.

Menurut dia, tempat sampah manual juga harus ditekan ketika sampah dimasukkan. Untuk itu, Ryan mencoba menciptakan alat yang bisa membantu masyarakat dalam memilah sampah.

Penciptaan ini tidak hanya memudahkan mereka memasukkan sampah, tapi juga memberikan pemahaman secara langsung. Sebab, tempat sampahnya bisa membuka secara otomatis jika sampah yang ingin dibuang sesuai dengan kategori.

Alat yang masing-masing panjang dan lebarnya dua meter ini memang murni hasil kerativitas Ryan. Namun di sisi lain, dia mengatakan, terdapat guru pendampingnya yang selalu setia memberikan saran kepadanya. Sekolah yang menaunginya pun turut memberikan dukungan atas temuannya ini.

Pada ajang kali ini, Ryang hanya bisa mendapatkan medali perak. Oleh sebab itu, dia mengaku kurang puas atas hasil tersebut. Tahun depan, dia sudah menetapkan untuk mengikuti perlombaan kembali demi memperoleh prestasi yang ingin dicapai. Menurut dia, kebanyakan temuan pemenang medali emas pada ajang tersebut sangat praktis.

Berkenaan dengan kecintaannya terhadap inovasi, Ryan menceritakan sudah mulai dilakukan sejak usia empat tahun. Entah mengapa dia menemukan keasyikan tersendiri dengan kegiatan ini. Bahkan, pada usia sekecil itu dia telah berhasil membuat badan pensil dari ban sepeda.

''Dari kecil sudah sering inovasi sih, dari alat yang biasa saja sampai yang lumayan,'' kata laki-laki yang bercita-cita di bidang robotik ini.***