JAKARTA - Ribuan tenaga kerja asing dari Cina kini masuk dan bekerja di Indonesia. Sampai akhir Juni 2015, Menteri Tenaga Kerja Hanif Dhakiri memastikan ada 12 ribu buruh dari Cina bekerja di berbagai proyek pembangunan infrastruktur di Indonesia. Keberadaan tenaga kerja dari Cina ini dipertanyakan karena mereka banyak mengerjakan pekerjaan level bawah atau pekerjaan kasar yang seharusnya bisa dikerjakan buruh lokal.

Apa kelebihan mereka? General Manager Operations PT Well Harvest Winning Alumina Refinery Achmad Risbandi menilai kinerja ratusan pekerja asal Cina di atas rata-rata. Keberadaan mereka membuat proyek pembangunan smelter dan pembangkit listrik di Kecamatan Kendawangan, Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat, itu berjalan lebih cepat dari jadwal.

Proyek itu sendiri adalah kerja sama PT Chinna Hongqia dan PT Winning Investment dari Tiongkok dengan PT Citra Mineral Investindo, anak usaha Harita Group. Smelter bauksit yang sedang dibangun itu akan memproduksi alumina sebesar empat juta ton per tahun plus pembangkit listrik berkapasitas 160 megawatt.

''Etos kerjanya luar biasa,'' kata Achmad Risbandi. Smelter yang ditargetkan rampung tahun depan kini pembangunannya sudah mencapai 70 persen. Cerobong asap telah berdiri 129 meter dari target 150 meter hanya dalam dua bulan.

Namun kelebihan utama mereka justru terkait dengan asal negara mereka. Semua proyek yang melibatkan buruh dari Cina memang dibiayai sebagian atau seluruhnya oleh perusahaan asal Tiongkok.

Direktur Pembinaan Pengawasan Tenaga Kerja di Kementerian Tenaga Kerja Muji Handaya menjelaskan keberadaan buruh Cina ini membantu kelancaran proyek. "Kontraktor bisa berkomunikasi dengan lancar jika menggunakan tenaga kerja asal Cina. Targetnya, pekerjaan selesai tepat waktu sesuai kontrak," kata dia, seperti dikutip Laporan Utama Majalah Tempo yang terbit pada Senin, 31 Agustus 2015.

Si Zefu, Chairman Dongfang Electric Corporation Limited, membenarkan. Dongfang merupakan perusahaan besar penyedia generator dan manufaktur pembangkit listrik untuk PLTU di Teluk Naga, Tangerang, dan Pacitan, Jawa Timur. Dia tidak ingin proyeknya terhambat persoalan bahasa. ''Kami punya tenggat waktu yang harus dipenuhi,'' kata Zhou Jie, menerjemahkan pernyataan Zefu yang hanya berbahasa Mandarin. ***