SAMARINDA - Suasana mencekam terjadi di Gang Langgar, RT 30, Kelurahan Sungai Keledang, Samarinda Seberang, Kalimantan Timur,  kemarin pukul 14.00 Wita. Terjadi kejar-kejaran dua pria dengan membawa senjata tajam (sajam).

Rusdi yang sudah bersimbah darah memburu Mamad dengan menggenggam sajam jenis badik. Pemuda 29 tahun itu mengejar Mamad lantaran menyerang dan menikamnya lebih dulu.

Tapi luka parah di leher belakang dan lengan kiri yang terus mengeluarkan darah, membuat Rusdi tak sanggup mengejar Mamad lebih jauh. Rusdi tergeletak dengan kedua kaki terlipat di lorong Gang Mujahidin yang jaraknya sekitar 10 meter dari rumahnya.

Luka tak kalah parah juga diderita Mamad. Warga Harapan Baru, Loa Janan Ilir, itu terus berlari meski leher kirinya yang robek tak hentinya mengeluarkan darah.

Sobekan itu karena terkena sabetan badik Rusdi. Mamad kabur meninggalkan motor Yamaha Jupiter MX degan nomor KT 2855 MG.

Ceceran darah segar Mamad tampak di jalan gang hingga ke kawasan perbukitan di belakang pemukiman penduduk. Mamad lari ke hutan yang berdekatan dengan areal kuburan muslimin untuk menghindari kejaran keluarga Rusdi.

Menyaksikan tubuh Rusdi tergeletak di jalan gang, salah seorang wanita yang diketahui merupakan kakak kandung Rusdi menangis histeris menyaksikan adiknya sekarat.

Dibantu warga, Rusdi langsung dilarikan ke RSUD AW Sjahranie menggunakan ambulan. Sayang nyawa Rusdi tak tertolong, ia tewas dalam perjalanan menuju rumah sakit.

Kasat Reskrim Polresta Samarinda Kompol Sudarsono menuturkan, motif perkelahian yang berujung tewasnya Rusdi belum bisa disimpulkan.

"Masih kami dalami karena keluarga korban (Rusdi, red) agak tertutup. Apalagi lawan berkelahinya (Mamad, red) juga menderita luka parah," terang Sudarsono di TKP.

Polisi juga masih mendalami kebenaran adanya dua pelaku lainnya yang kabur ketika duel berdarah terjadi.

"Kami mencari saksi yang benar-benar melihat perkelahian terjadi untuk memastikan jumlah pelakunya," kata Sudarsono.

Apa yang memicu duel maut Rusdi dan Mamad? Pertanyaan itu sulit terjawab lantaran keluarga Rusdi tertutup. Mereka ogah memberi informasi kepada polisi maupun awak media.

Tapi warga sekitar tempat tinggalnya sepertinya sudah tahu apa yang menjadi motif pembunuhan itu. Yudi pria paruh baya berusia 60 tahun yang sempat melerai perkelahian ini sempat berkomunikasi dengan Mamad.

"Mereka kelahi di samping dapur saya. Pelaku (Mamad) mengambil pisau di meja dapur saya untuk menyerang korban," tutur Yudi.

Melihat Rusdi dan Mamad berdarah-darah, Yudi berusaha merampas pisau yang dipegang Mamad.

"Saya bilang ke pelaku dan korban (Rusdi, red) sudah jangan berkelahi, tapi mereka tak mau mendengar. Waktu saya coba rampas pisau itu pelaku mengatakan, “dia (korban, red) bawa kabur istri saya”," ucap Yudi menirukan perkataan Mamad kala berduel.

Yudi tak berhenti melerai hingga Mamad membuang pisau yang dipegangnya ke tanah lalu kabur ke arah hutan tak jauh dari tempat berduel.

"Saya tidak kejar karena saya bantu korban yang tergeletak," ujar Yudi.

Ketika perkelahian terjadi, Yudi mencium aroma minuman keras dari mulut Mamad.

"Dia mabuk, tidak tahu kalau korban," kata Yudi yang juga dimintai keterangan polisi di TKP.

Keluarga yang ikut mendampingi jenazah Rusdi ke kamar mayat RSUD AW Sjahranie hanya menangis. Namun satu per satu keluarga dan kerabat Rusdi menjauh ketika dihampiri awak media. ***