JAKARTA - Puasa di bulan Ramadan merupakan salah satu bagian dari rukun Islam yang wajib dijalankan. Latihannya pun sudah bisa dimulai sejak dini. Menurut dr Ristantio, SpA, M.Kes., dari RS Akademik UGM Yogyakarta, anak bisa diajak belajar puasa sejak usia lima tahun. Tak banyak yang tahu jika secara biologis dan fisiologis, fisik anak sudah siap diajak untuk menjalankan ibadah puasa selama 12 jam.

"Dari setengah hari dulu. Menginjak umur 7 tahun, sampai Ashar, dan umur 8-9 tahun biasanya sudah bisa penuh," tandasnya saat berbincang dengan detikHealth beberapa waktu lalu.

Yang terpenting, tambah dr Maria Martina Siboe, S.Kom., B.Med.Sc, SpA, anak harus dijelaskan juga apa itu puasa dan mengapa harus melakukannya. Di sisi lain, orang tua harus membuat latihan berpuasa tadi terasa menyenangkan.

dr Ristan mencontohkan, agar anak selalu merindukan kedatangan bulan puasa, anak bisa diajak takjilan (makan takjil, red) dan beribadah shalat Tarawih di masjid.

"Di situ mereka seneng bisa ketemu temen-temennya, atau momen makan sahur bersama-sama. Siapkan juga makanan kesukaan si anak jadi anak bayangannya oh puasa itu enak, dia bisa makan makanan kesukaannya," tambahnya.

Dukungan psikis dari orang tua juga berperan besar bagi ketahanan puasa anak. Misal bila anak mulai mengeluh lapar di jam-jam menjelang berbuka, maka orang tua baiknya mengalihkan perhatian anak.

"Misal meminta mereka bantu-bantu masak, nyiapkan makanan untuk buka atau diajak mberesi tanaman di rumah, ngerawat hewan peliharaan atau dicritain kisah-kisah Nabi," urai dr Ristan.

Akan tetapi ditekankan dr Ristan, jangan pernah mengalihkan perhatian anak dengan menyodorkan gadget, sebab terlalu sering memakai gadget anak menjadi kurang gerak dan kurang bersosialisasi. "Orang tuanya juga jangan main," imbuhnya.

dr Maria menambahkan, hal lain yang perlu diperhatikan orang tua adalah bila anak memiliki indikasi medis yang membuat dia tidak bisa puasa misal gastritis akut atau muntah-muntah, maka tidak disarankan untuk anak berpuasa.

Apalagi jika si anak memiliki indikasi medis yang berat seperti diabetes tipe 1. Untuk itu sebelum mereka dilatih puasa, baiknya dikonsultasikan terlebih dulu ke

dokter anak masing-masing. "Misal kalau diabetes, kapan harus suntik insulin atau seberapa banyak porsi ketika berbuka," ungkap dokter yang berpraktik di RSIA YPK Mandiri, Menteng Jakarta Pusat tersebut.

Meski demikian, baik dr Ristan maupun dr Maria juga sepakat anak yang dilatih berpuasa boleh diberi reward atau penghargaan karena mereka berhasil melakukan pencapaian tertentu. Tentu saja sebagai bentuk motivasi.

"Tidak harus berupa benda ya. Bisa pujian, bahkan meski puasanya cuma setengah hari. Dan ternyata dengan pujian-pujian seperti itu anak termotivasi untuk puasa lagi," jelas dr Maria.