MELBOURNE - Kepala Al-Ghazzali Centre for Islamic Sciences & Human Development di Sydney, Afroz Ali mengatakan 98 persen warga Samoa adalah Kristen. Dan ini telah membuat khawatir umat Muslim, yang menjadi minoritas di Samoa. Soalnya ada wacana pemuka Kristen setempat untuk melarang Islam berkembang di sana. Nah, bagaimana sikat Muslim Australia dan Selandia Baru?

Sekelompok Muslim dari Australia dan Selandia Baru berencana mengunjungi Samoa untuk lebih memperkenalkan Islam, setelah beberapa pemuka umat Kristen di sana meminta adanya pelarangan terhadap Islam.

Seperti yang dilaporkan Radio New Zealand, awal Juni lalu, Sekretaris Jenderal dari Dewan Gereja Samoa, Ma'auga Motu meminta perdana menteri Samoa mempertimbangkan pelarangan Islam. Alasan pelarangan ini karena Motu menganggap Islam adalah sebuah ancaman.

Radio New Zealand mengutip pernyataan Aarif Rasheed, pekerja relawan yang juga seorang Muslim di Selandia, soal perlunya ada dialog untuk lebih mengenal soal Islam.

''Dan kita perlu menanggapi dengan mengajak orang bersama-sama dalam proyek yang nyata di tingkat yang sangat lokal, sehingga semua orang bisa terlibat,'' ujar Aarif, seperti yang ditulis di situs Radio New Zealand.

Kepala Al-Ghazzali Centre for Islamic Sciences & Human Development di Sydney, Afroz Ali mengatakan 98 persen warga Samoa adalah Kristen dan debat soal ini telah membuat khawatir umat Muslim, yang menjadi minoritas di Samoa.

''Tentunya [saya] terkejut karena saya tahu warga kepulauan Pasifik bisa lebih baik dari itu, mereka cinta perdamaian dan bahkan suka menolong. Jadi benar-benar menimbulkan pertanyaan bagi saya mengapa bisa terjadi di Samoa,'' ujar Afroz.

Afroz berpendapat informasi yang salah soal Islam dan muncul secara konsisten di pemberitaan dan media telah membuat kekhawatiran di kalangan warga Samoa.

''Saat kita bicara dengan warga, orang-orang yang baik di Samoa, mereka bisa sangat mengerti soal Islam dan paham benar Islam adalah bagian dari agama Ibrahim,'' ujar Afroz kepada ABC Pacific Beat.

Sebenarnya misi kedatangan kelompok Islam dari Australia dan Selandia Baru ini bukanlah yang pertama kalinya. Menurut Afroz, kelompok Islam juga pernah berkunjung ke pulau tersebut setelah gempa dan tsunami yang menghantam di 2009.

''Saya berharap partisipan bisa mendapatkan pandangan lain yang bisa disampaikan kepada media di sana, warga juga bisa mendengarkan cerita yang lain untuk kemudian menghilangkan ketakutan [soal Islam] yang disampaikan lewat informasi yang salah di media-media,'' katanya.***