SALAH satu perbuatan halal namun haram dilakukan umat Islam saat berpuasa adalah berhubungan intim (hubungan suami-istri). Siapa yang puasanya dirusak dengan persetubuhan, maka ia harus mengganti puasanya (qadha) dan membayar kifarat. Seperti diriwayatkan Abu Hurairah Ra dalam Al Bukhari (11/516), Muslim (1111) dan At Turmudzi (724), ada seorang laki-laki datang menemui Rasulullah SAW lalu berkata:

'Wahai Rasulullah, celaka aku'. Beliau bertanya, 'Ada apa denganmu?' Orang itu berkata, 'Aku berhubungan intim dengan istriku sementara aku sedang berpuasa.'

Rasulullah SAW bersabda; 'Apakah engkau memperoleh budak yang dapat engkau merdekakan?' Orang itu berkata 'Tidak'. Beliau bertanya, 'Apakah engkau mampu berpuasa dua bulan berturut-turut?' Orang itu menjawab, 'Tidak'. Beliau bertanya lagi, 'Apakah engkau dapat memberi makan 60 orang miskin?' Orang itu menjawab, ‘'Tidak'.

Abu Hurairah berkata, Nabi SAW berdiam beberapa lamanya. Ketika kami dalam keadaan demikian, didatangkan kepada beliau satu keranjang yang berisi kurma, lalu beliau bertanya; 'Di manakah orang yang bertanya tadi?' Laki-laki tersebut berkata, 'Aku'.

Beliau bersabda; 'Ambillah ini lalu sedekalah!' Laki-laki itu berkata; 'Kepada orang yang lebih miskin dariku wahai Rasulullah? Demi Allah! Tidak ada di antara dua tempat berbatu di Madinah—Maksudnya dua tempat berbatu hitam—Penghuni rumah yang lebih miskin daripada penghuni rumahku'.

Nabi SAW tertawa hingga tampak gigi gerahamnya, kemudian beliau bersabda; "Kalau begitu, pergilah dan berikan kurma itu kepada keluargamu".***