JAKARTA- Legenda tinju dunia, Muhammad Ali wafat dalam usia 74 tahun, Sabtu (4/6) dini hari, setelah tiga hari dirawat di RS Kota Phoenix, Arizona, Amerika Serikat. Muhammad Ali mengalami gangguan pernafasan akut imbas dari penyakit Parkinson yang dideritanya 32 tahun terakhir.

Sebelum memeluk Islam, Ali bernama Cassius Marcellus Clay. Pada masa mudanya, Ali meniti karir lewat jalur tinju amatir. Pada 1960, dia berhasil meraih medali emas tinju Olimpiade. Media massa menjulukinya petinju terbaik sepanjang massa.

Berselang setahun, dia meraih gelar tinju profesional pertamanya pada usia 22. Clay kemudian semakin diperhitungkan, digadang-gadang menjadi lawan sepadan bagi Sonny Liston, petinju terkuat di AS pada masa itu. Pertandingan Clay versus Liston benar-benar digelar pada 1964 di Kota Miami.

Hanya dua pekan sebelum bertanding melawan Liston, Clay yang sedang menikmati puncak popularitas, menjalin komunikasi intensif dengan Malcolm X dan Elijah Muhammad dari organisasi Nation of Islam (NOI).

Ormas NOI menggabungkan ajaran Islam dengan agenda kesetaraan ras bagi warga kulit hitam Amerika Serikat yang masih mengalami diskriminasi kala itu.

Lambat laun, Clay tertarik pada ajaran Islam. Dia menganggap ajaran Nabi Muhammad itu memiliki tujuan emansipasi bagi seluruh umat manusia.

Setelah berhasil memenangkan pertandingan melawan Liston, dan meraih gelar juara dunia, tahun itu juga Clay mengubah namanya menjadi Cassius X, lalu Muhammad Ali. "Saya membuang nama budak saya," ujarnya saat itu.

"Ajaran Islam adalah kesetaraan bagi seluruh manusia," kata Ali menambahkan.

Keputusan Ali masuk Islam mengejutkan publik AS maupun pecandu tinju seluruh dunia. Pemerintah AS mengawasinya karena dianggap dekat dengan NOI. Saat itu organisasi NOI masuk daftar hitam pemerintah, karena diduga mendanai kegiatan terorisme.

Imannya atas Islam membuat Ali pada 1967 melakukan tindakan provokatif. Dia menolak perang Vietnam. Usianya belum 27 saat itu, sehingga seharusnya ikut wajib militer. Namun Ali menolak. Alhasil, dia dipenjara serta seluruh gelar juaranya dicabut. Selama 1967-1971, Ali tidak diperkenankan bertanding tinju di level apapun.

"Perang, membunuh sesama manusia, adalah hal yang bertentangan dengan iman saya, dengan nurani saya," kata Ali seperti dilansir BBC, beberapa saat sebelum menjalani hukuman penjara.

Pada 3 Januari 1972, Muhammad Ali menjalankan ibadah Haji. Pengalaman mencium Hajar Aswad menurutnya sangat menyentuh hati.

"Pengalaman spiritual bersama setengah juta orang mengeliling Kabah tak bisa dijelaskan dengan kata-kata. Kami semua (di Masjidil Haram) berseru kepada Tuhan, memohon ampunan atas dosa-dosa selama ini serta memohon ridhonya," kata Ali.***