SERANG- Pelangi Jingga, bayi 10 bulan dengan usus terburai keluar, anak pasangan Eman dan Nani, asal Kelurahan Cipare, Kecamatan Serang, Kota Serang, Banten, pada Selasa, 31 Mei 2016, akhirnya dirujuk ke Rumah Sakit Umum Daerah Banten untuk menjalani perawatan intensif.

Menurut Nani, kondisi usus terburai sudah dialami bayi mungil ini sejak dua bulan lalu. Ketika dilahirkan, kata Nani, tubuh Pelangi normal dan sehat. Keanehan muncul ketika sang bayi diberi nama. Badan Pelangi mengalami panas tinggi. Selain itu, perutnya membesar dan mengeras. "Habis dikasih nama, malamnya (perutnya) keras kayak batu," ucapnya.

Dengan kondisi tersebut, oleh orang tuanya, Pelangi dibawa ke bidan. Namun pihak bidan angkat tangan. Kemudian Pelangi dibawa ke RSUD Banten. Karena terdapat kelainan pada usus Pelangi, pihak dokter menyarankan dilakukan operasi. Dua kali dilakukan operasi, terjadi kebocoran pada bekas operasi. Jadi pihak dokter menyarankan ususnya dikeluarkan.

Tapi Eman, yang sehari-harinya bekerja sebagai buruh serabutan dan juru parkir ini, tidak mampu membiayai perawatan dan pengobatan anaknya. Eman harus merogoh kocek hingga jutaan rupiah ketika harus menebus obat. "Kerjanya serabutan gitu. Untuk makan saja susah," ujar Nani. "Sampai ada tiga (resep) yang tidak tertebus," tutur Nani.

Lantas pihak keluarga memutuskan merawat Pelangi di rumah kontrakannya.

Pelangi sendiri tidak ter-cover oleh asuransi BPJS Kesehatan. Untuk menjalani operasi yang sudah dua kali dilakukan, pihak keluarga hanya mengandalkan surat keterangan tidak mampu bagi masyarakat miskin.

Menurut Ketua RT 05 RW 13, Kelurahan Cipare, Tengku Abdurahman, pengurus RT sudah berusaha mengurus asuransi BPJS untuk Pelangi. Namun pengurus RT angkat tangan lantaran prosedurnya yang berbelit-belit.

Syukurlah, Selasa, 31 Mei 2016, Pelangi Jingga dirujuk ke RSUD Banten untuk menjalani perawatan. Terkait dengan biaya pengobatan selama di rumah sakit, Direktur RSUD Banten Dwi Hesti Hendarti menuturkan pihaknya menjamin semua biaya perawatan dan pengobatan Pelangi Jingga selama orang tua Pelangi menggunakan surat keterangan tidak mampu.

Sementara itu, terkait dengan adanya dugaan malpraktek atau kesalahan prosedur operasi yang dilakukan pihak rumah sakit hingga mengakibatkan usus Pelangi terburai keluar pascaoperasi, pihak rumah sakit membantahnya. Menurut Dwi Hesti, saat dibawa ke rumah sakit oleh orang tuanya, kondisi perut Pelangi sudah mengeras sehingga harus dioperasi.

Pihak rumah sakit menyalahkan orang tua Pelangi yang tidak melakukan kontrol setiap sebulan sekali sebelum dilakukan operasi penyempurnaan.

"Bayi itu seharusnya sudah kontrol beberapa bulan lalu, tapi belum kontrol," kata Dwi Hesti. "Jadi bukan salah kami. Teman-teman sudah merawat begitu bayi itu datang. Dia tidak lahir di sini dan sudah dioperasi. Tapi giliran harus kontrol beberapa bulan lalu, dia enggak hadir."

Adapun mengenai usus yang terburai keluar, Dwi Hesti berujar, "Memang dari lahir sudah ada kelainan, sehingga harus ada operasi." Dia juga menuturkan, setelah dilakukan operasi, kondisi bayi belum sempurna. Untuk itu, harus ada tindakan lagi. "Tapi bayinya tidak kontrol."

Kini Pelangi menunggu dioperasi setelah kondisinya lebih baik. Sebab, oleh dokter, Pelangi juga didiagnosis menderita gizi buruk. Sementara itu, untuk asuransi BPJS Kesehatan, ujar Eman, sedang diurus ketua RT setempat.***