JAKARTA-Dua bocah asal Pakistan, Shoaib Ahmed (13) dan Abdul Rashid (9) menderita penyakit aneh. Pada siang hari, kakak dan adik itu hidup normal. Namun, saat matahari tenggelam, mereka lumpuh total.

Dikutip Goriau.com dari Dream, yang juga mengutif dari laman Daily Pakistan, Senin 9 Mei 2016, karena kondisi itu, mereka dijuluki sebagai "anak-anak matahari". Apabila malam tiba, mereka lumpuh. Jangankan bergerak, berbicara pun tak sanggup lagi.

Selama bertahun-tahun, para dokter bingung mencari penyebab kondisi bocah-bocah ini. "Ini kondisi medis langka kami tidak pernah kami hadapi dan kami tengah menyelidikinya," kata Rektor Pakistan Institute of Medical Sciences (Pims), Javed Akram.

Selain Shoaib dan Rashid, adik mereka, Mohammed Ilyas, juga mengidap kelainan aneh ini. Tapi kondisinya lebih beruntung. Dengan perawatan dokter di Islamabad, kondisi Ilyas lebih mendingan.

Ilyas, kata laporan media-media lokal, tak lagi mengalami gejala kelumpuhan saat malam tiba. Kondisi Ilyas ini setidaknya membuktikan bahwa obat-obatan yang diberikan berkhasiat.

Menurut laman Khaleej Times, sebuah tim sudah dibentuk untuk menyelidiki kondisi langka ini. Tim ini menguji sampel darah bocah-bocah itu, dengan mengirimnya ke laboratorium internasional, Mayo Clinic, John Hopkins Medical Institute di Amerika Serikat, dan Guys Hospital di London.

Menurut diagnosis awal, tiga bocah ini kemungkinan menderita penyakit bawaan yang disebut Masthenia Syndrome, yang merupakan penyakit langka yang selama ini hanya ada 600 kasus saja.

"Yang kami tahu mereka adalah kasus pertama yang dilaporkan di Pakistan dan kami mencoba untuk mengatasi kondisi ini dengan bantuan ilmu kedokteran," ujar Akram.

"Tubuh mereka jelas disinkronkan dengan pergerakan matahari," tambah dia.

Ayah anak-anak ini, Hashim, mengatakan anak-anaknya mengalami kondisi ini sejak lahir. "Tubuh mereka tergantung pada sinar matahari sejak lahir," ujar Hashim yang bekerja sebgai satpam di IT University di wilayah Quetta ini.

"Saat penduduk mendengar kondisi mereka, mereka takjub dan mereka disebut 'anak-anak matahari'," tambah pria yang tinggal di daerah Mian Kundi itu.***