BENGKULU -Aksi simpatik bagi Yuyun dalam #NyalaUntukYuyun terus meluas, terutama di dunia maya. Netizen mengutuk perbuatan keji 14 remaja yang menewaskan siswi Kelas VIII SMP Negeri 5 Satu Atap, Kecamatan Padang Ulak Tanding, Kabupaten Rejang Lebong, Bengkulu itu.

Akibat hal itu, satu pelajar mati sia-sia dan 14 lainnya tak bisa lagi mengejar cita-cita. Lalu siapakah Yuyun? Kepada Liputan6.com, Teguh Putrajaya, seorang guru yang merangkap staf tata usaha di sekolah Yuyun menggambarkan perempuan berusia 14 tahun itu sebagai sosok yang cerdas, periang, sederhana dan senang bergaul.

Yuyun, kata Teguh, adalah anak kembar pasangan Yakin dan Yanna yang lahir di Musi Rawas, 18 Maret 2002. Kembaran Yuyun, Yayan, saat ini juga bersekolah di tempat yang sama.

"Yuyun itu murid yang cerdas, sejak kelas VII dia selalu mendapat rangking 1. Sayangnya, satu semester terakhir dia justru mendapat rangking 3, tetapi prestasi belajarnya tidak menurun," ujar Teguh saat dihubungi lewat telepon di Padang Ulak Tanding, Selasa (3/5/2016).

Yuyun juga dikenal sebagai siswi yang pandai mengaji. Beberapa kali dia melantunkan ayat-ayat suci Alquran ketika ada warga yang meninggal dunia di Desa Kasie Kasubun, tempat ia tinggal. Kepribadiannya itu membuat Yuyun disegani teman sekolah dan disayangi masyarakat di desanya.

Sejak kepergian Yuyun, sekolah yang hanya memiliki murid berjumlah 30 orang itu terus dirundung duka. Pihak sekolah sempat menggelar yasinan yang melibatkan seluruh murid, dewan guru dan masyarakat sekitar pada Jumat pekan lalu yang dipimpin langsung kepala sekolah, Syarif, untuk mendoakan Yuyun.

Ancaman Pembunuhan

Teguh mengaku sangat terharu karena kasus kematian Yuyun saat ini sudah menjadi perbincangan khalayak ramai. Sebab meskipun kejadiannya di desa, ia menyatakan kasus itu patut dijadikan pelajaran karena para pelaku yang masih remaja bisa bertindak kejam.

"Trauma, rasa takut dan rasa kehilangan masih membayangi kami. Bahkan saya dan keluarga sempat diancam akan dibunuh oleh keluarga para pelaku," ujar Teguh.

Ancaman itu disampaikan karena Teguh dituding sebagai pelapor kejadian tersebut. Keluarga para pemerkosa juga menganggap kesediaan Teguh menjadi saksi dianggap memberatkan anak-anak mereka. Untuk itu, Teguh dan keluarga meminta perlindungan polisi. Ia juga selalu membekali diri dengan senjata tajam saat hendak ke sekolah maupun ke tempat lain.

"Saya dan keluarga merasa terintimidasi. Terus terang saja kami sangat ketakutan. Kami baru mendengar ancaman itu dari warga yang memberitahu," kata Teguh.

Ia menyatakan siap untuk mengungkapkan kebenaran kasus Yuyun harus menempuh resiko bertaruh nyawa. "Jika nyawa saya harus dikorbankan untuk mengungkap kebenaran ini saya siap dan tidak akan menyesal," ucap Teguh. ***