AMBON - Presiden Joko Widodo (Jokowi) meresmikan Jembatan Merah Putih di Kota Ambon, Maluku, Senin (4/4/2016). Jembatan terpanjang di Indonesia Timur tersebut diharapkan Jokowi menjadi ikon perdamaian di Maluku.

Peresmian dilaksanakan tepat di tengah Jembatan Merah Putih, Kota Ambon, Senin sore, setelah Presiden dan rombongan baru saja tiba dari Jakarta untuk mengawali kunjungan kerjanya di tiga provinsi di Indonesia Timur.

Gerimis yang turun di Kota Ambon tidak menyurutkan semangat masyarakat menyambut kedatangan Presiden Jokowi. Acara peresmian Jembatan Merah Putih juga diwarnai dengan guyuran gerimis.

Presiden selain meresmikan juga sekaligus menandatangani prasasti sebagai tanda peresmian jembatan tersebut. Gubernur Maluku Said Assagaf berharap kunjungan Presiden akan menjadi motivasi bagi masyarakat di daerah untuk membangun Maluku dan Indonesia.

"Maluku harus didorong menjadi ikon perdamaian. Jembatan Merah Putih inilah ikon itu," katanya.

Ia mengatakan Jembatan Merah Putih telah menjadi solusi dalam banyak aspek bagi pengembangan dan kemajuan Kota Ambon sekaligus memenuhi penataan fungsi Teluk Ambon yang akan dikembangkan untuk kepentingan wilayah dan sektor-sektor vital. Total biaya yang dikucurkan untuk pembangunan Jembatan Merah Putih yakni Rp731,5 miliar dari APBN dengan tipe jembatan cable stayed double pylon dengan umur rencana 100 tahun.

Jembatan ini menjadi jembatan terpanjang di Indonesia Timur yakni sepanjang 1.140 meter. Keberadaannya diharapkan mampu mempercepat waktu tempuh dari dan ke Bandara Pattimura dan Kabupaten Maluku Tengah yang selama ini satu jam dengan kendaraan memutar Teluk Ambon menjadi hanya 25 menit.

Presiden sebelum meresmikan jembatan itu mengatakan diharapkan Jembatan Merah Putih menjadi ikon pariwisata baru yang bisa dinikmati oleh siapapun yang datang ke Ambon. "Terus saya sampaikan fokus prioritas wajib baik yang namanya pelabuhan, tol, jembatan seperti ini, itu sudah prasyarat tidak bisa ditawar-tawar lagi," katanya.

  Di Balik Nama Merah Putih

Mulai dibangun sejak Juli 2011, Jembatan terpanjang di kawasan Indonesia Timur, Jembatan Merah Putih, akhirnya selesai dibangun pada Maret tahun ini.

Kepala Satuan Kerja Jembatan Merah Putih, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Christoforus Lasmono mengungkapkan, penamaan Merah Putih pada jembatan yang membelah Teluk Ambon tersebut punya kisah unik dari perselisihan antar desa.

Lasmonono bercerita, awal nama jembatan tersebut adalah Galala-Poka. Nama tersebut diambil dari nama dua desa yang masing-masing berada di pinggir Teluk Ambon yang dihubungkan oleh jembatan.

"Kenapa diberi nama Merah Putih? Sebenarnya nama awalnya adalah Galala-Poka. Itu dua desa yang terhubung jembatan, tapi sebenarnya dua desa yang terlewati jembatan adalah adalah Desa Galala dan Desa Rumah Tiga, sementara Poka malah tidak terlewati," katanya ditemui di Jembatan Merah Putih, Ambon, Maluku, Senin (4/3/2016).

"Penduduk Desa Rumah Tiga tak terima desanya dilewati tapi nama jembatan malah pakai nama desa tetangga. Kepala desanya malah sampai datang marah-marah dengan bilang tak semeter pun tanah desanya dikasih untuk jembatan kalau namanya masih Galala-Poka," imbuh Lasmono.

Kementerian PUPR kemudian mengadakan rapat dengan Gubernur Maluku, Bappenas, DPRD, dan masyarakat ketiga desa untuk menyelesaikan masalah penamaan jembatan.

"Daripada konflik, setelah rapat akhirnya dipituskan nama Merah Putih saja. Merah Putih itu artinya karena Maluku ini termasuk dari 7 provinsi yang mendirikan negara ini setelah merdeka. Saat belum ada provinsi lain Maluku sudah jadi provinsi yang mengakui Indonesia," jelas Lasmono.

Sebagai informasi, Jembatan Merah Putih di Ambon terbagi menjadi 3 bagian. Pertama, jembatan pendekat Poka (Poka approach bridge) sepanjang 520 meter.

Kedua, jembatan pendekat Galala (Galala approach bridge) sepanjang 320 meter, dan ketiga, jembatan utama (main bridge) sepanjang 300 meter. Sedangkan tinggi jembatan ini mencapai 34,1 meter di atas permukaan laut. Pembangunan jembatan ini memakan dana kurang lebih Rp 772,9 miliar yang bersumber dari APBN secara multi years.***