SYDNEY - Seorang anak tentu mewarisi susunan genetik atau DNA dari kedua orangtuanya. Namun sebuah penelitian mengungkap fakta ini tidak selalu benar, sebab pasangan sebelumnya juga ternyata juga turut punya andil.

Peneliti mengaku menemukan teori ini secara tidak sengaja, saat sedang mengamati lalat buah betina (telostylinus angusticollis) yang dikawinkan dengan pejantan dalam berbagai ukuran di tahun 2014.

Riset dilakukan selama dua pekan, dan fakta mengejutkan terungkap. "Ukuran anaknya lebih ditentukan oleh ukuran pejantan pertama yang berupaya membuahi si betina, bukan yang menjadi 'ayahnya' saat ini," urai peneliti Prof Russell Bonduriansky dari University of New South Wales seperti dikutip dari Daily Mail, Sabtu (5/3/2016).

Ternyata, ketika si betina belum memasuki usia subur namun sudah diajak kawin oleh pejantan, maka sperma si pejantan akan tetap ada di dalam tubuh si betina sampai sel-sel telurnya matang. Barulah setelah itu terjadi pembuahan, sehingga yang mengalami pembuahan terlebih dahulu adalah sperma dari pejantan sebelumnya, bukan yang saat ini menjadi pasangan kawinnya.

Di sisi lain, Bonduriansky meyakini para betina juga diuntungkan oleh situasi ini, sebab tubuh mereka dapat menyimpan sejumlah sperma dari beberapa pejantan yang berbeda untuk kemudian dapat memilih mana sperma terbaik untuk membuahi sel telurnya.

Kesimpulannya, sisa-sisa cairan semen dari mantan pasangan si lalat buah masih bisa memengaruhi keturunan yang dihasilkan, meskipun lalat buah yang dimaksud sudah kawin dengan pejantan lain.

"Para pejantan tampaknya tidak hanya menyumbang DNA untuk membuahi sel telur, tetapi mungkin lebih kompleks dari itu," ungkap Bonduriansky.

Seperti halnya riset lain yang menggunakan lalat buah sebagai obyek percobaan, peneliti percaya teori serupa juga berlaku untuk manusia, walaupun hal itu belum bisa dipastikan kebenarannya.

Menariknya, di zaman Yunani kuno, ada sebuah teori bernama 'telegony' yang diperkenalkan Aristoteles. Entah ada kaitannya atau tidak dengan temuan Bonduriansky, yang pasti 'telegony' ini adalah salah satu alasan mengapa para raja di Yunani masa itu dilarang menikahi para janda karena dikhawatirkan keturunan yang dihasilkan tidak murni 'darah biru'. ***