JAKARTA - Pembunuhan menggunakan sianida merupakan metode kejahatan yang jarang terjadi. Motif pelaku yang menggunakan racun mematikan ini biasanya bukan bersifat pribadi.

"Kalau kita buka literatur pembunuhan, penggunaan sianida jumlahnya sangat sangat sangat sedikit. Dari jumlah yang sangat sangat sangat sedikit itu pembunuhan dengan sianida lebih dilatarbelakangi motif yang tidak tersangkut paut dengan hati manusia," ungkap Psikolog Forensik Reza Indragiri Amriel.

Hal tersebut diungkapkan Reza dalam dialog Polemik bertajuk 'Mencari Sang Pembunuh' di Waroeng Daun, Jl Cikini Raya, Jakarta Pusat, Sabtu (30/1/2016). Pembunuhan dengan sianida biasanya bersifat dingin, tak ada emosional di dalam aksinya.

"Tidak ada kebencian di situ, tidak ada sakit hati di situ, pembunuhan dengan sianida bukan karena amarah atau sakit hati tapi lebih pada isu-isu yang lebih tinggi, entah itu karena persaingan bisnis, apa itu untuk menutupi skandal, untuk menghabisi lawan politik, tapi tidak berkaitan dengan hati dan perasaan," jelas Reza.

Reza menyatakan, biasanya pelaku pembunuhan dengan sianida tidak berada di tempat kejadian perkara (TKP) atau saat pembunuhan sedang berlangsung. Menggunakan racun sendiri biasanya karena pelaku ingin berjarak dengan lokasi dan korban pembunuhan.

"Racun adalah alat kejahatan yang dipilih agar antara pelaku dan korban tidak berhadap-hadapan tidak berada dalam jarak dekat dan melancarkan aksi secara frontal. Dengan logika semacam itu menurut saya tidak mungkin orang yang menggunakan racun menunggu korbannya. Jadi menurut saya pelaku yang tidak berada di meja korban," tuturnya.

Sianida sendiri merupakan barang ekslusif yang tidak mudah didapat. Setiap orang yang ingin memperolehnya harus memiliki lisensi ataupun jaringan tersendiri. Sehingga jika pembunuhan dilakukan karena dendam pribadi, kata Reza, biasanya tidak dengan sianida. Dalam arti lain sianida lebih banyak digunakan oleh penjahat profesional.

"Penggunaan racun untuk misalkan konflik pribadi, untuk apa digunakan racun yang sebegitu eksklusif. Kalau sekedar dendam dari orang dekat cukup menggunakan racun yang bisa dibeli di kios sebelah, sementara sianida tidak mudah diakses," beber Reza.

Sementara itu Peneliti Hukum dan Pakar Viktimologi UI Heru Susetyo mengatakan pembunuhan dengan cara menabur racun sianida bisa dibilang sebagai salah satu kasus yang sulit. Pada umumnya pembunuhan dengan racun mematikan akan meninggalkan misteri di baliknya.

"Seperti kasus Munir, sudah ada yang ditangkap, diadili bahkan sampai kemudian dibebaskan. Tapi orang tetap tidak tahu siapa pelakunya," tukas Heru dalam kesempatan yang sama.

Sianida merupakan instrumen yang membunuh Wayan Mirna (27) saat sedang meminum kopi bersama dua temannya di sebuah kafe di Grand Indonesia. Salah seorang teman Mirna, Jessica kini menjadi tersangka dalam kasus tersebut.

Lantas jika benar Jessica yang melakukan pembunuhan berencana ini, apakah motif dia sebenarnya?

"Nanti kita kembangkan," ujar Kapolda Metro Jaya Irjen Pol Tito Karnavian saat dikonfirmasi, Sabtu (30/1).

Penyidik Subdit Jatanras Ditreskrimum Polda Metro Jaya yang melakukan penanganan dalam kasus pembunuhan Mirna pun menyatakan hal yang sama. Jajaran di bawah Direktur Reskrimum Polda Metro Jaya itu pun masih melakukan peyindikan dan melakukan pemeriksaan intensif terhadap Jessica yang ditangkap pagi tadi di Hotel Neo, Mangga Dua.

"Ini masih diperiksa dulu," tandas Kasubdit Jatanras Ditreskrimum Polda Metro Jaya AKBP Herry Heryawan, Sabtu (30/1). ***