JAKARTA - Sekitar setahun masa kepemimpinan Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK), jumlah penduduk miskin Indonesia bertambah 700 ribu jiwa.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat jumlah penduduk miskin di Indonesia pada September 2015 mencapai 28,51 juta orang atau 11,31 persen. Jumlah ini meningkat 780 ribu orang dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Meski, jika dibandingkan data terakhir per Maret 2015, memang mengalami penurunan hanya 80 ribu orang. Dengan demikian, sepanjang September 2014 hingga September 2015, tercetak 700 ribu penduduk miskin baru.

Berdasarkan data BPS, Selasa, 5 Januari 2015, jumlah penduduk miskin didominasi penduduk pedesaan. Di kota, ada 10,62 juta penduduk miskin atau 8,22 persen. Sementara di desa, ada 17,89 juta penduduk miskin atau 14,09 persen.

Jumlah ini meningkat dibanding September 2014 ketika penduduk miskin kota sebanyak 10,36 juta orang atau 8,16 persen dan penduduk miskin desa sebanyak 17,37 juta orang atau 13,76 persen.

Hal yang menyebabkan penambahan penduduk miskin ini karena peran komoditi makanan. Kenaikan harga pangan mendorong lebih kuat terhadap garis kemiskinan dibanding komoditi bukan makanan, seperti perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan.

Sumbangan Garis Kemiskinan Makanan terhadap Garis Kemiskinan pada September 2015 tercatat sebesar 73,07 persen, kondisi ini tidak jauh berbeda dengan kondisi Maret 2015 yaitu sebesar 73,23 persen.

Komoditi makanan yang berpengaruh besar terhadap nilai Garis Kemiskinan di perkotaan relatif sama dengan di perdesaan, diantaranya adalah beras, rokok kretek filter, telur ayam ras, daging ayam ras, mie instan, gula pasir, tempe dan tahu. Sedangkan, untuk komoditi bukan makanan diantaranya adalah biaya perumahan, bensin, listrik, pendidikan, dan perlengkapan mandi.***