JAKARTA - Lion Air disebut sebagai maskapai paling berbahaya di dunia. Maskapai penerbangan milik Rusdi Kirana ini dinilai sering mengalami keterlambatan dan bermasalah di lambung pesawat selama beroperasi.

Menurut survei weirdandamazingtravel.about.com, Lion Air menduduki peringkat pertama dalam penilaian maskapai paling berbahaya di dunia. Lion Air jarang mengalami kecelakaan parah selama beroperasi di Indonesia, namun maskapai ini konsisten selalu dilarang terbang ke Uni Eropa.

Larangan tersebut sementara juga berlaku untuk Garuda Indonesia, Kalstar Aviation dan Sriwijaya Air.

Lion Air dinilai belum memberikan jaminan keamanan para penumpang sehingga maskapai ini menjadi paling berbahaya di dunia. Keterlambatan terbang, yang paling parah 18 Februari lalu ketika Lion delay dua hari berturut-turut, juga disoroti.

"Gelar maskapai paling membahayakan itu sepatutnya diberikan kepada Lion Air yang rutin mengalami keterlambatan jadwal nyaris setiap saat, kendati hanya satu yang terparah akhirnya diliput oleh media internasional," tulis survei tersebut, Rabu (23/12).

"Walaupun kecelakaan pesawat di Indonesia yang disoroti tahun ini adalah jatuhnya AirAsia, tapi maskapai paling berbahaya adalah Lion Air," imbuh situs ini.

Sebelumnya, Pesawat Lion Air nomor penerbangan JT772 tujuan Jakarta-Makassar terpaksa mendarat di Surabaya karena temperatur udara di kabin mendingin hingga membuat air membeku. Peristiwa itu terjadi setelah pesawat lepas landas sekitar pukul 21.00 WIB, Senin (20/12).

Menyikapi hal ini, Kementerian Perhubungan (Kemenhub) mengatakan Lion Air yang mengalami beku saat terbang karena permasalahan teknis.

"Hanya kesalahan teknis saja, sudah dibetulkan dan sudah laik terbang," kata Direktur Jenderal Perhubungan Udara Kemenhub Suprasetyo saat ditemui di Jakarta, Selasa (22/12). Demikian tulis Antara.

Dia menilai langkah pesawat Lion Air yang mendarat di Surabaya merupakan upaya untuk mengutamakan keselamatan agar kerusakan pendingin ruangan tersebut bisa segera diatasi.

Suprasetyo mengaku bahwa inspektur telah mengecek kondisi pesawat secara teknis sebelum terbang.

"Pengecekan di darat sudah, kemungkinan saja ada pengaruh dari suhu sehingga velve tidak fleksibel, dan itu teknis. Akan tetapi, itu tidak menyebabkan major damage," katanya.***