SURABAYA - Kisah hidup gadis bernama Noviana?ini sangat inspiratif. Meski berasal dari keluarga kurang mampu dan harus jadi pengamen di jalanan, Noviana berhasil menjadi lulusan terbaik Universitas Airlangga Surabaya. Dikutip dari grid.id, putri dari pasangan Sutrisno dan Karyatiningsih ini?rela menjadi pengamen selepas sekolah demi membantu ekomoni keluarganya, lantaran kedua orang tua Noviana mengalami sakit.

Dilansir dari laman Mataram.antaranews.com, Senin (9/9/2019), ayah Noviana mengalami kecelakaan parah saat bekerja sebagai kuli bangunan.

''Ketika saya dalam kandungan, bapak yang bekerja sebagai kuli bangunan mengalami kecelakaan parah saat bekerja. Karena kekurangan biaya, bapak tidak dioperasi,'' cerita Noviana.

''Beliau segera bangkit dan menjadi tukang becak, walaupun belum sepenuhnya sembuh. Tidak lama berselang, becak bapak dicuri,'' ungkap Novi, dikutip dari Mataram.antaranews.com.

Anak keempat dari delapan bersaudara ini memutuskan untuk mengamen, setelah melihat dua kakaknya yang juga mengamen.

Kedua orang tua Noviana akhirnya mengizinkan anaknya mengamen, dengan memberikan syarat. Hal tersebut diungkapkan Noviana dalam tayangan Fokus, yang diunggah di kanal Youtube Indosiar, Ahad (8/9/2019).

''Waktu itu bapak sama ibu saya memberikan syarat, ingat pendidikan nomor 1, tidak boleh ditinggalkan,'' ungkap Novia.

Sang ayah, memberi nasihat agar Novi tidak bertumpu pada pekerjaannya sebagai pengamen.

''Jangan dijadikan sumber penghasilan utama di jalanan itu,'' ujarnya.

''Jadikanlah batu loncatan aja, itu pesan dari bapak sama ibu saya,'' imbuhnya.

Kehidupan Novi sebagai seorang pelajar cukup berat setelah terjun ke jalanan menjadi seorang pengamen. Di sela-sela waktu mengamennya, Novi tetap konsisten dalam mengedepankan pendidikan.

''Jadi sembari saya mengamen di jalan, saya juga mengerjakan PR,'' ungkapnya.

Novi yang hidup sebagai pengamen juga tak luput dari cobaan. Beberapa kali Novi diciduk Satpol PP Kota Surabaya, saat mengamen di jalanan.

Dilansir dari laman Mataram.antaranews.com, Novi bahkan sampai harus ditahan di Lingkungan Pondok Sosial (Liponsos) Surabaya. Kondisi Novi saat ditahan oleh Liponsos bahkan sangat memprihatinkan.

Namun gara-gara diciduk Satpol PP, Novi justru ditawari beasiswa untuk kuliah oleh Wali Kota Surabaya kala itu.

Sang ayah juga diberi pekerjaan oleh sang Wali Kota Surabaya, dengan syarat Novi tak boleh mengamen lagi.?

Setelah tidak mengamen, Novi memutuskan untuk menempuh kuliah melalui jalur undangan di Fakultas Hukum Universitas Airlangga.

Tak ingin merepotkan kedua orangtuanya, Novi rela bekerja selepas kuliah agar mendapat uang tambahan untuk mengerjakan tugas.

Pada semester lima, Novi mendapat beasiswa dari perusahaan Chaeron Pokphand Indonesia. Perusahaan tersebut membiayai kuliah Novia hingga lulus.

Perjuangan Novi tidak sia-sia, dia menjadi lulusan terbaik dengan predikat Cumlaude, dengan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) 3,94.

Setelah lulus, Novia bekerja di kantor advokat. Dia ingin melanjutkan studi ke pascasarjana, demi meraih cita-citanya menjadi seorang hakim.***