INDONESIA negeri yang kaya, indah dan menawan. Sosoknya negara kepulauan ini memang menyimpan banyak kekayaan alam yang tidak dimiliki banyak negara, baik tambang, pertanian hingga pesona wilayah, tak terkecuali Riau. Karenanya banyak negara mengincarnya termasuk Amerika Serikat. Ketertarikan Amerika Serikat terhadap Indonesia jauh ketimbang Cina yang saat ini juga ''melirik'' Indonesia dari segala sisi, terutama perdagangan. Hal itu dibuktikan dengan adanya indikasi keterlibatan negara adidaya itu pada saat terjadinya Perdjuangan Rakjat Semesta dan Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia (Permesta & PRRI).

Seperti diketahui, pada tahun 1958 hingga 1961 pemerintah Indonesia dipusingkan dengan berbagai urusan mengancam kedaulatan negara baik dari dalam maupun luar negeri. Belum selesai urusan merebut Irian Barat dari tangan 'Kompeni' Belanda, republik juga harus berjibaku menghadapi Permesta & PRRI yang berskala besar dan berpusat di pulau Sulawesi dan Sumatera.

Lebih mengkhawatirkannya lagi Permesta dan PRRI gerakannya didukung oleh CIA Amerika Serikat melalui operasi terselubung mereka di tanah air. Pemerintah pusat lantas melihat perlunya tindakan militer untuk menumpas Permesta dan PRRI.

Maret 1958, TNI menggelar operasi militer skala besar untuk menggulung kekuatan Permesta dan PRRI yang memiliki basis kuat di Sumatera Barat dan Sumatera Utara. Operasi militer tersebut bernama Operasi Tegas. Sasaran yang disasar dalam operasi Tegas ini adalah merebut dan menguasai Riau.

Dipilihnya Riau sebagai sasaran operasi karena posisi Riau cukup strategis lantaran berbatasan dengan jalur lalu lintas laut internasional. Menguasai Riau juga akan menutup kemungkinan pemberontak melarikan diri melalui selat Malaka. Selain itu di Riau juga ada perusahaan minyak Caltex milik Amerika Serikat.

TNI melibatkan semua unsur baik darat, laut dan udara bahkan Polri ikut disertakan demi menyukseskan operasi militer ini.

Belum juga operasi dilancarkan, Duta Besar AS untuk Indonesia saat itu, Howard Jones bersama beberapa petinggi Caltex bertolak ke Jakarta bertemu Perdana Menteri Juanda. Howard dan pejabat Caltex bermaksud memberitahu Juanda jikalau banyak warga dan investasi AS berada di Riau.

Ia khawatir jika operasi Tegas dilancarkan maka akan membahayakan jiwa warga AS dan investasi mereka disana.

Selanjutnya Howard juga menyampaikan isyarat ancaman bernada getir bahwa Angkatan Laut AS yang berpangkalan di Pasifik (Armada Ketujuh), kesatuan militer Inggris di Singapura dan Marinir AS akan bersiaga di perairan Riau.

Mereka akan menyerbu masuk ke Riau mengamankan investasi dan warga AS jika dalam operasi Tegas militer Indonesia tidak mampu mengendalikan situasi.

Belum jelas reaksi Juanda mengenai hal ini, namun satu yang pasti, dini hari 12 Maret 1958 TNI melancarkan operasi Tegas. Semua alutsista terbaik TNI dikerahkan macam pesawat pemburu P-51 Mustang, pembom B-25 Mitchell dan lainnya. Tak ketinggalan pasukan elit TNI seperti Kopassus, Paskhas dan Marinir juga turut serta dalam operasi ini.

Sedangkan Komandan operasi ialah Letkol (AD) Kaharudin Nasution,Wakil I Letkol (AU) Wiriadinata, dan Wakil II Mayor (AL) Indra Subagyo.

Serangan mendadak militer Indonesia berhasil membuat kacau balau pertahanan Permesta dan PRRI, banyak anggota pemberontak menyerah sebelum melakukan perlawanan.

Operasi sukses, pemberontakan berhasil dipadamkan.

Setelah dilakukan pengecekan, ternyata terdapat banyak persenjataan canggih macam rifle Garand, Springfield, Recoilless dan Bazooka dalam kondisi gress alias baru buatan Amerika yang dipakai oleh pemberontak PRRI.

Hal ini semakin menunjukkan bahwa Amerika melalui CIA nya ikut mendukung Permesta dan PRRI. Sejatinya Operasi Tegas juga merupakan respon pemerintah Indonesia yang memang mengetahui bahwa Amerika Serikat ikut mendukung dibalik layar pemberontakan Permesta/PRRI.

Sebab, Mei 1958 sebelum operasi Tegas dilakukan seorang pilot bayaran CIA bernama Allen Lawrence Pope dengan pesawat pembom B-26 Invader berhasil ditembak jatuh setelah sebelumnya melakukan berbagai serangan terhadap kesatuan militer Indonesia di Donggala, Ambon, Balikpapan dan Ternate.

Allen Pope masih hidup ketika pesawatnya ditembak jatuh, ia kemudian ditangkap oleh pihak berwenang Indonesia.

Hal ini membuat Amerika malu bukan kepalang di mata dunia karena mereka terbukti ikut merongrong kedaulatan sebuah negara berdaulat melalui gerakan rendahan macam pemberontakan.

Dan yang jelas, sejak Indonesia berdiri, Amerika Serikat selalu ''mengawal'' Riau, yang kaya akan sumberdaya alam khususnya tambang minyak yang kala itu sangat primadona di dunia. ***