JAKARTAJarak kehamilan yang terlalu dekat memiliki sederet risiko bagi sang ibu dan bayinya. Karena itu, perlu dilakukan pengaturan jarak kehamilan yang ideal.

Dikutip dari dream yang melansir Baby Center, kehamilan yang terlalu dekat memiliki sederet risiko kesehatan yang bisa membahayakan ibu dan janin.

Risiko yang mungkin muncul antara lain tingginya kemungkinan kelahiran prematur, serta berat badan bayi lahir rendah. Apabila kehamilan terlalu dekat, kondisi rahim belum pulih secara maksimal dari persalinan awal.

Efeknya, menurut Bidanku, belum bisa memaksimalkan pembentukan cadangan makanan bagi janin dan untuk ibu sendiri.

Akibatnya bayi akan terlahir dengan berat badan rendah, kekurangan zat gizi dan bayi menjadi tidak sehat. Selain itu bayi juga rentan terhadap kelainan plasenta.

Lalu risiko kesehatan juga bisa dialami ibu. Ibu bisa mengalami anemia akut. Ibu hamil yang terkena anemia akut akan meningkatkan risiko terhadap perdarahan, komplikasi kehamilan, bayi terlahir prematur, risiko perdarahan saat persalinan dan yang terburuk yaitu keguguran.

Hal yang tak kalah penting dalam menentukan jarak kehamilan adalah aspek psikologis dan finansial. Pada ibu yang baru saja melahirkan, pasti bukan hanya mengalami kelelahan fisik tapi juga psikis. Butuh waktu bagi ibu beristirahat dan mengurus anak secara optimal.

Jika kehamilan terlalu dekat kondisi psikologis ibu boleh dibilang masih 'kelelahan'. Anak yang masih kecil juga membutuhkan perhatian ibu secara maksimal. Begitu juga dari sisi finansial.

Pertimbangannya bukan hanya biaya pemeriksaan, persalinan, tapi juga jangka panjang, yaitu pendidikan. Untuk itu rencanakan kehamilan dengan matang, dengan jarak yang tak terlalu dekat agar bisa mengasuh anak secara optimal.

Jarak kehamilan yang direkomendasikan adalah minimal 12 hingga 24 bulan. Bisa konsultasikan dengan dokter atau bidan untuk melakukan perencanaan kehamilan dengan matang.***