MEDAN- Tidaklah sulit untuk memperoleh sate kerang di Medan. Tapi Sate Kerang Rahmat survive di jalurnya. Perharinya ia membutuhkan 70 Kg hingga 100 Kg kerang untuk dimasak menjadi sate kerang dan biasanya habis terjual untuk satu hari. Dan kerang itu wajib kerangnya Tanjung Balai.

“Resepnya sederhana. Dimasak pakai hati. Pastikan rasa itu kita suka, otomatis yang lain pun akan suka. Jadi untuk rasa yang enak sudah pasti bahan baku juga harus bagus,”tutur Rahmat kepada Gosumut Senin (26/3/2018).

Pria berkulit hitam manis ini menjelaskan tidak lah seperti membalikkan telapak tangan untuk sukses menjual dan  merebut hati pelanggan.  Apalagi untuk menciptakan pelanggan yang loyal.

“Saya tiap hari harus memastikan kerang itu harus ada dan selalu baru. Jika permintaan besar saya pun harus turun ke pasar. Tapi sekarang saya tidak mau repot lagi, saya pegang suplayer yang bisa dipercaya. Saya bangun komitmen. Mereka butuh uang, saya butuh barang, ”imbuhnya.

Selanjutnya adalah maksimalkan promosi. Eksis di medsos adalah solusi paling murah dan simpel melakukan promosi usaha masa kini. Promosi menggunakan artis juga merupakan sebuah cara membangun image produk, membangun kepercayaan  dan menciptakan loyalitas pelanggan. “Kalau artis sudah suka, apalagi masyaraat biasa,”imbuhnya.

Sempurnakan produksi dan gigih promosi

Tahun 2011 adalah awal Rahmat memutuskan fokus dengan usaha sate kerang. Isterinya, Nurmala Dewi  menghandle proses pembuatan, Rahmat berperan sebagai marketing.

Sebelum Rahmat serius mengelola usaha sate, ia adalah seorang marketing di group Kompas Gramedia. Saat usaha dibangun dirinya menghubungi teman-teman lama dan menawarkan sate kerang buatannya.

“Aku harus pakai muka tembok saat menawari dan siap-siap ditolak juga. Maklum saja teman-teman banyak yang mencibir, dulu mereka mengenal aku eksekutif muda gitu, eh sekarang kok malah jual sate kerang,”akunya.

Rahmat tidak perduli. Ia menyadari beberapa temannya ada yang beli awalnya gara-gara kasihan dan juga karena alasan pertemanan. Tapi ketika terjadi repeat order ia menyadari pelanggan sudah mulai menerima bahkan membutuhkan sate kerang buatannya. “Itu adalah saat-saat yang paling membahagiakan,”kenangnya.

Usaha sate kerang Rahmat mulai meledak permintaan usai dipromosi oleh salah satu koran ternama di ibu kota. “Dari situ banyak pesanan tiba-tiba yang tidak saya kenal, mereka ngaku membacanya di koran itu,”terang Rahmat.

Rajin sedekah

Ada beberapa point hikmah yang diteguhkan Rahmat saat mengelola usaha sate kerang. Ia mengakui semaksimal mungkin menjauhi modal riba dan rajin bersedekah.

“Ibu saya selalu menekankan modal usaha jangan dari utang. Hal itu saya pegang teguh. Alhamdulillah modal usaha tidak pernah berutang,”akunya. Rahmat juga meyakini rajin sedekah memperlancar usaha.

Hal lainnya adalah pembukuan dan manajemen keuangan harus teratur. “Saya punya tiga dompet keuangan yang gak pernah dicampur,”jelasnya.

Yaitu dompet tabungan, dompet belanja keperluan usaha dan dompet kebutuhan rumah tangga yang dikelola oleh isteri. Dompet  tabungan diisi dengan uang keuntungan usaha dan gaji karyawan. Tiap hari dompet itu dikelola dengan baik dan selalu terisi.

Semua uang masuk dan uang keluar punya catatan khusus. Manajemen keuangan yang rapi membantu mengontrol uang masuk dan uang keluar yang terencana.

Gaji karyawan sangt diprioritaskan Rahmat dan tidak boleh telat walau sehari. “Ada istilah : Bayarlah upah pekerjamu selagi keringatnya belum kering. Ini adalah petuah almarhum ibu saya yang hingga hari ini masih saya pegang teguh,”akunya.

Rahmat pernah juga melakukan kecerobohan yang membuat kemudi usaha hampir oleng. Gara-gara karyawan yang melebihi kebutuhan. casflow perusahaan turut  terganggu. Pengeluaran meledak saat pembagian THR. "Saya sempat sakit dan diopname satu minggu gara-garanya,"paparnya.

Usai THR dipenuhi, Rahmat kembali melakukan perampingan dan memilih karyawan yang sesuai dengan kapasitas. saat ini ia memiliki 3 orang karyawan.