MANILA - HRW kutuk pernyataan Presiden Filipina, Rodrigo Duterte karena mengatakan bahwa tentara harus menembak pemberontak komunis perempuan di alat kelaminnya guna membuat hidup mereka "tidak berguna".

 

Human Rights Watch mengatakan komentar Presiden Filipina, Rodrigo Duterte pekan lalu itu adalah pernyataan terbaru dalam "serangkaian pernyataan misoginis, menghina dan merendahkan perempuan" yang menurut mereka mendorong untuk melakukan kekerasan seksual selama konflik bersenjata.

Dalam sebuah pidato panjang sebelum pemberontak komunis menyerah, Duterte berbicara tentang kesia-siaan pemberontakan mereka selama puluhan tahun dan bagaimana pemerintah dapat membantu mereka kembali ke kehidupan normal. Duterte bertanya mengapa bahkan perempuan bergabung dalam pemberontakan itu dan meninggalkan keluarga mereka.

Transkrip resmi menghilangkan umpatan

Pernyataan Duterte pada 7 Februari lalu ditujukan kepada milisi perempuan dari Partai Komunis Filipina yang melakukan perlawanan sejak tahun 1968. Rekaman pernyataan itu kemudian beredar di masyarakat.

Di hadapan massa Duterte pidato mengacu pada perintah yang pernah ia berikan saat masih menjadi walikota di Davao City.

Pada satu titik, katanya tanpa menjelaskan lebih jauh, "Katakan kepada para prajurit. Ada perintah baru datang dari walikota. Kami tidak akan membunuhmu. Kami akan menembak alat kelaminmu. ….Bayangkan saja sehingga ... jika tidak ada vagina, pasti begitu tak berguna." Ucapan tersebut disambut tawa penonton.

Duterte berbicara dalam dialek Bisaya (Visayan). Transkrip resmi dari Pidato presiden yang dikeluarkan oleh pemerintah menghilangkan kata "vagina" dan umpatan-umpatan dari ucapannya.

Sering komentar Duterte sarat bermuatan seks, Duterte pun telah mengakui cara kasarnya tapi banyak orang Filipina yang menerimanya. Juru bicara presiden Harry Roque meminta agar pernyataan Duterte memang serius, tapi jangan secara harfiah.