JENEWA - Baru kali ini dalam hubungan AS-Uni Eropa. Dalam sidang khusus yang digelar oleh PBB untuk membahas keputusan Presiden AS Donald Trump yang merestui Jerusalem sebagai ibukota Israel, AS dikecam keras oleh 14 anggota Dewan Keamanan PBB. Kendati demikian, sidang yang digelar pada Jumat (8/12) tersebut tidak menghasilkan resolusi atau pernyataan bersama.

Lima negara Eropa di dewan tersebut menegaskan bahwa kebijakan baru AS tersebut tidak sejalan dengan resolusi-resolusi PBB yang telah disepakati, termasuk resolusi yang menyatakan Jerusalem timur sebagai daerah pendudukan Israel. Pertemuan tersebut digelar oleh delapan dari 15 anggota DK PBB.

"Status Jerusalem harus ditentukan melalui negosiasi antara Israel dan Palestina yang mengarah pada kesepakatan status final," demikian pernyataan negara-negara Eropa di akhir sidang.

Lebih lanjut pernyataan itu menegaskan bahwa Uni Eropa memiliki sikap jelas dan bersama bahwa mereka meyakini jika satu-satunya solusi realistis bagi konflik Israel dan Palestina berdasarkan pada dua negara, dengan Jerusalem sebagai ibu kota Negara Israel dan Negara Palestina.

Pernyataan itu kembali menegaskan bahwa UE tidak mengakui kedaulatan Israel atas Jerusalem.

Pernyataan UE itu merupakan satu-satunya sikap kolektif yang dikeluarkan di akhir sidang Dewan Keamanan PBB yang ditutup tanpa pernyataan bersama atau resolusi sejenisnya.

Namun duta besar AS untuk PBB, Nikki Haley, mengatakan kepada peserta sidang bahwa Gedung Putih tetap serius untuk mengupayakan perdamaian.

"Izinkan saya sekali lagi meyakinkan Anda, presiden dan pemerintahan ini tetap berkomitmen terhadap proses perdamaian," ujarnya.

Pertemuan tersebut diserukan oleh delapan dari 14 anggota dewan non-permanen DK PBB. Sidang lebih bersifat simbolis - tanpa ada rancangan pemungutan suara resolusi, karena AS memiliki hak veto.

Di sisi lain, menurut sebuah pernyataan yang dimuat oleh kantor berita resmi Palestina, WAFA, Presiden Palestina Mahmud Abbas berterimakasih atas kepedulian yang ditunjukkan oleh seluruh dunia atas apa yang tengah terjadi.

Korban mulai berjatuhan

Protes terhadap keputusan Trump yang membahana di Tepi Barat dan Jalur Gaza mulai menuai korban kemarin. Dua orang tewas dan puluhan lainnya luka-luka dalam bentrokan warga Palestina dengan aparat keamanan Israel.

Usai seharian terjadi demonstrasi dan bentrokan di Jerusalem, Jalur Gaza dan Tepi Barat, setidaknya tiga rudal ditembakkan ke Israel dari Jalur Gaza, termasuk satu tembakan yang digagalkan oleh sistem anti-rudal Israel, Iron Dome.

Salah satu dari rudal tersebut hanya menjangkau lahan kosong. Namun, rudal ketiga berhasil mendarat di kota Sderot, Israel selatan. Radio Israel mengatakan bahwa roket tidak meledak dan tidak menimbulkan korban jiwa.

Tidak terima akan hal itu, Israel melakukan aksi balasan atas rudal tersebut dengan melancarkan serangan udara terhadap dua fasilitas militer Hamas di Jalur Gaza.

Israel mengatakan tembakan itu mengenai tempat penyimpanan senjata Hamas. Kementerian Kesehatan Hamas di Gaza mungungkapkan sebanyak 14 orang terluka lantaran serangan tersebut.

Sebelumnya pada hari itu, dua orang Palestina tewas dalam bentrokan dengan pasukan Israel di sepanjang pagar yang memisahkan Jalur Gaza dari Israel - kematian pertama dalam demonstrasi menentang keputusan Trump.

Puluhan orang lainnya terluka akibat peluru karet dan senjata api yang tersulut lantaran bentrokan di Tepi Barat, Jalur Gaza dan Jerusalem, sesuai salat Jumat.