Selama hampir 40 tahun, kolesterol masuk dalam daftar nutrisi "jahat". Badan-badan kesehatan resmi memperingatkan kita untuk menghindari makanan tinggi kolesterol sejak 1970-an guna terbebas dari penyakit jantung dan penyumbatan pembuluh darah.

Tapi kini pemerintah Amerika akhirnya menyatakan sebaliknya. Mereka memberi lampu hijau untuk mengonsumsi makanan tinggi kolesterol seperti telur, produk olahan susu kaya lemak, kacang-kacangan, minyak kelapa, dan daging. Semua makanan tersebut masuk ke dalam daftar pangan "aman" dan secara resmi dikeluarkan dari daftar nutrisi berbahaya.

Kini semakin banyak ahli yang berargumen bahwa tidak ada kaitan antara tingginya kandungan kolesterol pada makanan dengan bahaya kadar kandungan lemak dalam darah.

Departemen Pertanian Amerika Serikat yang bertanggung jawab memperbaharui pedoman kewaspadaan pangan setiap lima tahun menyatakan temuan itu pada 2015, "Sebelumnya, Dietary Guidelines for Americans (pedoman kewaspadaan pangan untuk warga Amerika) menyatakan bahwa konsumsi kolesterol dibatasi tidak lebih dari 300mg/hari."

DGAC 2015 tidak akan merekomendasikan hal ini lebih jauh karena bukti terbaru menunjukkan tidak ada kaitan yang cukup antara konsumsi makanan berkolesterol dengan kandungan kolesterol dalam darah, selaras dengan laporan AHA/ACC (American Heart Association/American Colleger of Cardiology). DGAC berencana tidak akan memperingatkan masyarakat untuk menghindari telur, kerang, dan makanan berkolesterol lainnya.

Mengutip laman Dailymail, Kardiolog dari Celveland Clinic mengatakan, "Ini adalah keputusan yang tepat. Selama ini pedoman diet kita keliru. Dan telah keliru selama puluhan tahun."

Dia memperkirakan sekitar 20 persen kadar kolesterol dalam darah berasal dari asupan makanan Anda. Artinya sisanya dihasilkan oleh lever dan sebenarnya diperlukan oleh tubuh.

Dr Chris Masterjohn menambahkan, "Karena kita tidak mungkin mendapat asupan kolesterol yang cukup dari makanan agar tubuh berfungsi sehari-hari, tubuh kita memproduksinya sendiri. Jika kita makan makanan yang kaya akan senyawa tesebut, tubuh akan mengurangi produksinya. Jika kita mengurangi makanan tinggi kolesterol seperti telur, butter, dan lever, tubuh kita meningkatkan sintesis kolesterolnya."

Para dokter kini tidak lagi memberi peringatan akan bahaya kolesterol dan lemak jenuh melainkan fokus pada gula sebagai ancaman pola makan yang paling berbahaya.

Kardiolog yang berbasis di London, Dr Aseem Malhotra, direktru sains dari grup yang mengampanyekan bahaya gula, Action On Sugar, menulis dalam British Medical Journal yang satu kalimatnya berbunyi, "enyahkan mitos akan peran lemak tak jenuh pada penyakit jantung." Mahotra menambahkan, industri makanan telah berkontribusi secara efektif pada penyakit jantung dengan cara mengurangi lemak tak jenuh pada makanan dan menggantinya dengan gula.