TORY GLENN tak pernah berpikir akan memeluk Agama Islam. Delapan tahun lalu dia mulai belajar Bahasa Arab, namun bukan karena berminat mempelajari Islam, melainkan hanya terdorong rasa ingin tahu terhadap Bahasa Arab.

''Apalagi, sampai berpikiran untuk berpindah keyakinan menjadi Muslim, sama sekali tidak terlintas di dalam benak saya ketika itu,'' tutur Glenn membuka kisah perjalanan rohaninya, seperti dikutip laman I found Islam.

Glenn dibesarkan sebagai penganut Kristen. Kendati demikian, ia tidak pernah merasakan hubungan spritual yang benar-benar spesial dengan agama trinitas tersebut. ''Di mata saya, sulit mencernanya sebagai sebuah kebenaran,'' imbuh Glenn.

Keimanan Glenn terhadap Kristen mulai luntur sejak ia menyadari begitu banyak kejanggalan dalam ajaran agama tersebut. Dia merasa bahwa Yesus Kristus yang sebelumnya ia anggap sebagai tuhan, tega membiarkan dirinya terlantar berulang kali. 

Pernah, ia menghadapi musibah yang luar biasa dalam hidupnya, tapi pertolongan Yesus tak kunjung datang menghampirinya. ''Padahal, di dalam Bibel telah dijanjikan bahwa tuhan tidak akan pernah membiarkan umatnya berada dalam bahaya,'' ujarnya.

Ketika mempelajari Bahasa Arab, salah satu ungkapan pertama yang dikenali Glenn adalah ''alhamdulillah'' yang berarti, segala puji bagi Allah. Awalnya, ia tidak begitu memahami arti ungkapan tersebut secara harfiah. Akan tetapi, dalam penggunaannya, ia menemukan orang Islam selalu mengucapkan kata-kata tersebut dalam keseharian mereka.

Pernah satu kali Glenn menemukan seorang Muslim menanyakan kabar Muslim lainnya. Yang ditanya lalu menjawab, ''Alhamdulillah, saya merasa kurang sehat hari ini.'' Bagi Glenn, jawaban semacam itu tidaklah masuk akal.

Dia pun jadi bertanya-tanya, mengapa umat Islam tetap memuji Tuhan mereka ketika sesuatu yang buruk terjadi. Belakangan, barulah ia mengetahui bahwa semua ungkapan itu ada hubungannya dengan konsep keimanan seorang Muslim dalam menerima qadha dan qadar.

''Menurut ajaran Islam, sesuatu yang baik ataupun buruk tidak mungkin terjadi tanpa seizin Allah. Semuanya berlaku atas kehendak Allah. Dari poin inilah saya menjadi tertarik untuk mempelajari Islam,'' ungkap pria asal AS itu lagi.

Sejak itu, Glenn pun mulai sering menggunakan ungkapan ''alhamdulillah'' dalam berbagai kesempatan. Bahkan, ketika dalam kondisi buruk sekalipun, kata-kata tersebut tetap terlontar dari bibirnya. ''Entah mengapa, setiap kali saya mengucapkan alhamdulillah, saya selalu merasa lebih baik,'' akunya.

Pengalaman tersebut membuat Glenn kian tertarik untuk menggali ajaran Islam lebih banyak lagi. Dalam pikirannya ketika itu, jika satu ungkapan seperti ''alhamdulillah'' saja mampu membuat batinnya merasa tenang, bagaimana pula halnya dengan ungkapan-ungkapan Islami lainnya? Tentu, akan lebih besar lagi dampaknya.

Atas dasar pemikiran itulah, Glenn akhirnya mulai membaca Alquran dan belajar lebih banyak lagi tentang Islam. Ada semacam perasaan damai dan tenteram yang diperolehnya ketika membaca Alquran. Ia pun mengaku, merasa lebih dekat dengan Sang Pencipta ketika menyelami makna ayat-ayat kitab suci tersebut.

Tidak cukup sampai itu, Glenn kemudian juga menjalin hubungan pertemanan dengan banyak kalangan Muslim di laman media sosial Facebook. ''Dan, alhamdulillah teman-teman Muslimnya di Facebook itu sangat membantu dan selalu mendukung saya mempelajari Islam. Mereka menjawab berbagai pertanyaan yang mengganjal di pikiran saya dengan sangat baik,'' tuturnya.

Pada satu kesempatan, melalui aplikasi obrolan Facebook, Glenn mengutarakan niatnya untuk mengucapkan dua kalimat syahadat kepada salah seorang temannya yang merupakan Muslim asal Mesir. 

Setelah mengungkapkan keinginan tersebut, ada keheningan yang panjang dalam obrolan mereka, Glenn pun lalu bertanya kepada teman Mesirnya itu, apakah ada yang salah dengan niatnya tersebut?

''Teman saya itu hanya menjawab, 'Sama sekali tidak. Saya sekarang hanya bisa menangis karena terharu'. Percakapan kami itu terjadi sekitar Oktober 2009,'' ujar Glenn.

Empat bulan kemudian, tepatnya pada Februari 2010, Glenn mengunjungi teman obrolannyanya itu di Kairo. Keduanya lalu pergi ke Masjid al-Azhar. Di sanalah Glenn akhirnya mengikrarkan dua kalimat syahadat dan menjadi Muslim.

Sejak memperoleh hidayah Islam, Glenn seakan-akan menemukan sebuah telaga air yang menyejukkan dahaga spiritualnya selama ini. Ia merasa seolah-olah terlahir kembali menjadi kepribadian yang benar-benar baru. ''Saya tidak akan pernah menyesali keputusan saya tersebut,'' katanya. 

Sampai sekarang, imbuh Glenn, ia sudah terbiasa memuji Allah SWT dengan mengucapkan alhamdulillah. ''Baik dalam keadaan susah maupun senang, mendung maupun cerah,'' tutur pria paruh baya itu lagi.***