JENEWA - Bencana dahsyat yang melanda Freetown,Sierra Leone, tak hanya mengakibatkan kerusakan kota, tapi juga menelan banyak korban jiwa.

Setidaknya sudah ditemukan 400 jasad, dan 600 orang belum ditemukan.

Bencana tersebut dimulai pada hari Senin, ketika hujan deras melanda kota hingga lereng ukit longsor menelan rumah-rumah serta mengakibatkan kerusakan kota. 

"Hari ini kami menghitung lebih dari 400 orang tewas," kata Elhadj As Sy, Sekretaris Jenderal Federasi Internasional Palang Merah dan Bulan Sabit Merah, di Jenewa, Jumat (18/8/20170.

Warga negara dan para ahli sama-sama mempertanyakan mengapa pemerintah setempat tidak berbuat banyak untuk mengatasi konstruksi ilegal dan penggundulan hutan di pinggiran Freetown.

Berdasarkan perkiraan tidak resmi dari kamar mayat pun sebelumnya telah disebutkan ada lebih dari 400 korban tewas. Namun, angka tersebut belum dikonfirmasi secara resmi hingga berita ini ditayangkan. 

Lebih dari 300 korban dimakamkan pada hari Kamis, dalam upacara pemakaman di kota terdekat, Waterloo. Sekitar sepertiga dari jumlah korban yang dimakamkan itu adalah anak-anak.

Sy mengatakan, Pemerintah Sierra Leone mengalami krisis jauh di atas kapasitas negara itu.

Dia lantas meminta masyarakat internasional untuk secara signifikan meningkatkan dukungannya.

Seperti dilaporkan kantor berita AFP, menurut Sy, para korban selamat masih harus tidur di luar, karena tidak ada tempat penampungan yang cukup untuk semua korban.

Inggris mengumumkan dana sebesar 6,45 juta dollar AS untuk pendanaan beberapa badan amal yang bekerja di lokasi bencana.

Juga ditargetkan pengadaan tempat tidur dan pakaian anak-anak, serta air bersih dan sanitasi, juga persediaan obat-obatan.

Selain itu, China telah menjanjikan bantuan sebesar satu juta dollar AS. Lalu, Togo akan memberi dana sebesar 500 ribu dollar AS.

Diberitakan pula, Israel dan beberapa negara di Afrika Barat telah menyumbangkan makanan dan uang tunai.