Pemerintah didorong untuk membuat peta jalan (roadmap) untuk mendorong industri halal. Tujuannya agar industri ini berkembang dan pasar halal bisa dioptimalkan. Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia, Hendri Saparini, mengatakan potensi bisnis halal global sangat besar.

Berdasarkan Global Islamic Economy Report 2016, nilai belanja Muslim untuk sektor halal mencapai US$1,9 triliun setara Rp25.304,65 triliun pada 2015. Diprediksi akan mencapai US$3 triliun sekitar Rp39.954,72 triliun pada 2021.

Melihat besarnya potensi pasar halal, Hendri mengatakan negara-negara lainnya sudah mulai bergegas untuk mempersiapkan industri halal. Misalnya, Malaysia yang mulai serius menggarap pasar halal sejak tahun 2006, serta Jepang dan Korea tahun 2013.

“ Jepang itu local market-nya 100 ribu yang Muslim, tapi (punya) 24 juta turis yang separuhnya adalah Muslim. Korea penduduknya 150 ribu (yang Muslim), tapi turis mereka 1 juta orang. Jadi, mereka melihat potensinya sangat besar,” kata dia dalam acara “ Meraup Peluang Emas Bisnis Halal Global” di Jakarta, ditulis Kamis (24/5/2017).

Bagaimana dengan Indonesia? Indonesia dinilai punya pasar 240 juta orang dan semestinya industri halal di Indonesia berkembang pesat. Tapi, nyatanya tidak.

Dia pun meminta pemerintah untuk membuat peta jalan industri halal supaya sektor industri ini berkembang. “ Roadmap-nya harus dibuat,” kata dia.

Hendri pun mendesak Komite Ekonomi dan Industri Nasional (KEIN) segera menyusun roadmap industri halal. Dengan peta jalan ini, dia optimistis ekosistem bisnis halal bisa berkembang.

“ Ini peluang yang sangat besar. Malaysia akan menegaskan jadi hub global untuk halal. (Kalau) Jepang, pemerintah pusat dan pemerintah daerah bersama-sama menciptakan bisnis halal dan Korea Selatan juga. Indonesia bagaimana? Kita harus menciptakan ekosistem,” kata dia.