SUKABUMI — Daerah endemis penyakit malaria masih banyak terdapat di wilayah Kabupaten Sukabumi. Dari 58 wilayah layanan puskesmas di Sukabumi sebanyak 16 di antaranya termasuk dalam daerah endemis nyamuk malaria yakni Anopheles. ‘’Nyamuk Anopheles yang menyebarkan malaria tidak ada di setiap wilayah,’’ ujar Kepala Seksi Pengendalian Penyakit, Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Sukabumi Rika Mutiara, Rabu (26/4/2017).

Dari data kasus malaria pada 2016 lalu, kata dia, ada 16 daerah di Sukabumi yang masih endemis atau terdapat nyamuk malaria. Ke-16 daerah tersebut antara lain Buniwangi, Cibitung, Ciemas, Cikakak, Cimanggu, Ciracap, Cisolok, Citarik, Jampang Kulon, Lengkong, Palabuhanratu, Simpenan, Taman Jaya, Tegalbuleud, dan Waluran. Belasan daerah tersebut mayoritas berada di daerah selatan atau pesisir Sukabumi.

Rika menerangkan, pada 2016 lalu kasus malaria lokal atau indigeonous ditemukan di daerah Kecamatan Cibitung, Ciracap, Lengkong, Taman Jaya Kecamatan Ciemas, dan Kecamatan Tegalbuleud. Jenis nyamuk Anopheles yang ada di Sukabumi hanya tiga yakni maculatus, barbirostris, dan aconitus. Secara keseluruhan kasus penyakit malaria di Kabupaten Sukabumi dinilai tertinggi di Jawa Barat. ‘’Dari data kasus malaria, Sukabumi menempati peringkat pertama di Jawa Barat,’’ ujar Rika.

Ia menerangkan di Jabar ada empat wilayah yang masih banyak kasus malaria terutama kasus lokal yakni Kabupaten Pangandaran, Garut, Tasikmalaya, dan Sukabumi. Rika mencontohkan, pada rentang Januari hingga Februari 2017 tercatat sebanyak sebelas warga Sukabumi yang terkena malaria. Rinciannya sebanyak enam kasus pada Januari dan lima kasus pada Februari.

Sementara kasus malaria pada Maret masih dalam proses pendataan dari puskesmas dan rumah sakit. Sebenarnya, kata Rika, kasus malaria di Sukabumi mengalami penurunan setiap tahunnya. Pada 2015, kasus malaria yang tercatat sebannyak 111 kasus. Jumlah tersebut menurun pada 2016 yakni sebanyak 75 kasus malaria.